-000-
3. Media Sosial sebagai Megafon Keresahan
Jika generasi rentan adalah bahan bakar emosional, media sosial adalah megafon dan pemantik. Di layar ponsel, keadilan bernegosiasi dengan algoritma.
Slogan "No Viral, No Justice" lahir dari pengalaman empiris. Banyak perkara berjalan lambat hingga viral mendorongnya ke meja pengambil keputusan.
Ada kebenaran yang terpendam di sudut kota, baru dianggap kebenaran publik setelah dilihat jutaan mata.
Media sosial mempercepat transmisi emosi. Video 15 detik mengalahkan laporan setebal 150 halaman. Empati sering menyalip akurasi. Amplifikasi kerap menenggelamkan verifikasi.
Di satu sisi, ini demokratisasi alat komunikasi. Mereka yang dulu tak punya mikrofon kini bisa berbicara.
Bahkan rakyat kecil dengan video sederhana yang menyentuh hati bisa mengubah arus percakapan nasional.
Tangisan seorang ibu kehilangan anaknya, keluhan seorang pedagang kecil, atau rekaman buram seorang sopir ojek yang diperlakukan tidak adil, dapat menembus tembok media arus utama.
Satu unggahan amatir, jika beresonansi dengan rasa keadilan, bisa memantik solidaritas luas dan memaksa negara menanggapi.
Di sisi lain, distorsi mudah muncul. Potongan informasi terlepas dari konteks. Hoaks berpakaian data. Disinformasi menyaru kebenaran.