5. Menulis Ulang Kontrak Sosial
Ketika api padam, dua pekerjaan menunggu: meredakan luka hari ini dan mencegah luka serupa di masa depan.
Kontrak sosial baru bukan sekadar teks hukum, melainkan komitmen moral yang dibaca bersama oleh negara, pasar, dan masyarakat sipil.
Dalam jangka pendek, kontrak sosial berarti melindungi dapur rakyat. Harga pangan pokok harus dijaga tetap stabil.
Cadangan beras benar-benar siap digunakan ketika gejolak datang. Bantalan sosial harus tepat sasaran, menjangkau mereka yang paling rentan.
Akses kerja bermartabat harus dipastikan melalui pelatihan ulang, sertifikasi cepat, dan re-skilling terjangkau agar rakyat tidak ditinggalkan oleh transformasi digital.
Di ranah politik, akuntabilitas aparat menjadi syarat mutlak: pengawasan independen, mekanisme pengaduan sederhana, dan penggunaan kekuatan secara proporsional. Kekerasan oleh oknum tidak boleh ditutupi, melainkan dihukum terbuka.
Di ruang digital, komunikasi krisis pemerintah harus cepat, jernih, dan konsisten, dengan literasi publik yang menekan hoaks tanpa membungkam kritik.
Dalam jangka panjang, kontrak sosial harus berani mengikis akar ketidakadilan: oligarki.
Thomas Piketty menekankan distribusi kekayaan sistematis melalui pajak progresif---atas warisan, modal, dan akumulasi finansial.
Tanpa mekanisme ini, demokrasi akan terus dirongrong oleh segelintir pemilik modal besar.