Mohon tunggu...
Akaha Taufan Aminudin
Akaha Taufan Aminudin Mohon Tunggu... Sastrawan

Koordinator Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menjelaskan Aksi Protes dan Kerusuhan 2025 dari lima variabel

20 September 2025   15:07 Diperbarui: 20 September 2025   15:07 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Denny JA Ketua Umum SATUPENA PUSAT 

Pada 14 Juli 1789, rakyat Paris menyerbu Bastille. Itu bukan hanya penyerangan fisik. Itu adalah simbol. Benteng yang dianggap tak tergoyahkan runtuh di tangan rakyat jelata. Dari situlah lahir momen yang tak terbendung.

Namun euforia kebebasan cepat bertemu realitas pahit. Eksekusi massal melalui guillotine menciptakan teror baru.

Dalam upaya menegakkan keadilan, lahir ketidakadilan lain. Dalam janji persamaan, lahir pertumpahan darah. Revolusi menunjukkan wajah ganda: harapan dan horor, kebebasan dan kekerasan.

-000-

Indonesia 2025 tentu bukan Prancis 1789. Namun ritmenya serupa: ketika perut lapar, hati marah, dan pikiran tercerahkan bertemu, sejarah berbelok tajam.

Kini kita menambahkan dua simpul kontemporer. Media sosial sebagai akselerator. Provokator sebagai katalis. Dari sinilah lima variabel kita mengambil bentuk.

1. Keresahan Ekonomi sebagai Awal

Banyak hal bermula dari dapur rumah tangga. Dari harga beras yang naik saat gaji tetap. Dari sewa yang melambung. Dari tagihan listrik yang menegangkan. Dari minyak goreng yang tak lagi terjangkau.

Statistik menyebut inflasi atau pelemahan daya beli. Di meja makan, namanya kecemasan.

Ketika belanja bulanan habis seminggu lebih cepat. Ketika tabungan tipis dilalap biaya sekolah. Ketika cicilan menjadi jam pasir yang tak pernah berhenti. Orang tidak hanya menghitung uang. Mereka menghitung harapan.

Ekonomi yang seret tidak otomatis melahirkan kerusuhan. Namun akumulasi rasa tidak adil---segilintir tetap makmur, kesempatan tak merata, pajak terasa lebih berat bagi yang kecil---mengubah ketidaknyamanan menjadi kemarahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun