Mohon tunggu...
Kak Memo
Kak Memo Mohon Tunggu... Kolumnis

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Hati Kipas Angin

9 Februari 2025   13:13 Diperbarui: 10 Februari 2025   11:50 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kipas Angin (Sumber:Dokumen Pribadi)

Motor kipasku mulai melemah, anginku tak lagi sekencang dulu.

"Eh, kenapa nih?" gumam Bima. 

Ia mengerutkan dahi, mencoba memutar tombol kecepatan. 

"Kok nggak sekencang biasanya?"

Aku ingin menjawab, aku lelah. Tapi aku hanya kipas angin, tak bisa bicara.

Bima memiringkan kepalanya. "Ah, mungkin perlu dibersihkan."

Ia membongkarku, membersihkan debu yang menempel di baling-balingku. 

Aku tersentuh, tapi aku tahu, debu bukan satu-satunya masalah. 

Aku butuh istirahat. 

Tapi bolehkah aku berhenti?

Lalu aku teringat Bima. Ia juga tak pernah istirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun