Mohon tunggu...
Kak Memo
Kak Memo Mohon Tunggu... Kolumnis

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Hati Kipas Angin

9 Februari 2025   13:13 Diperbarui: 10 Februari 2025   11:50 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kipas Angin (Sumber:Dokumen Pribadi)

Aku menatap langit-langit, bertanya-tanya, apakah selama ini aku berguna?

Tapi sebelum aku tenggelam dalam kesedihan, Bima kembali—tanpa kipas angin baru.

Ia duduk di atas kasur, menatapku lama. Lalu, ia berkata, "Kayaknya bukan cuma kamu yang rusak. Aku juga."

Aku ingin tersenyum, tapi aku hanya mesin tua yang mati.

5

Seminggu berlalu. 

Bima tak segera menggantikanku. 

Ia membiarkan kamar panas tanpa kipas, seolah ingin merasakan apa yang terjadi jika aku tak ada.

Lalu suatu hari, ia duduk di tepi jendela. 

Angin alami masuk, membelai wajahnya. Ia tersenyum tipis.

"Hidup ini nggak harus selalu nyala, ya?" gumamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun