Mohon tunggu...
Kak Memo
Kak Memo Mohon Tunggu... Kolumnis

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Hati Kipas Angin

9 Februari 2025   13:13 Diperbarui: 10 Februari 2025   11:50 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kipas Angin (Sumber:Dokumen Pribadi)

Bima memencet tombol kecepatan tiga. Balinku makin kencang, menghalau udara pengap dalam kamar sempit ini. 

Helaian kertas di mejanya berterbangan, sementara aku tetap teguh, tidak protes, tidak meminta jeda.

Aku tak pernah istirahat. 

Saat Bima sibuk mengerjakan tugas kuliahnya hingga dini hari, aku harus tetap berputar. 

Saat ia tertidur dan lupa mematikanku, aku tetap berdesir pelan, menjaga keheningan. 

Saat ia marah dan membanting pintu, aku masih setia berada di sudut, tak bergeming.

2

"Aku capek," bisik Bima suatu malam, matanya menerawang ke langit-langit. "Capek harus selalu ada buat orang lain."

Aku mengerti.

Ia, sama sepertiku.

Bima selalu menjadi tempat curhat teman-temannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun