Mohon tunggu...
Kak Memo
Kak Memo Mohon Tunggu... Kolumnis

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Hati Kipas Angin

9 Februari 2025   13:13 Diperbarui: 10 Februari 2025   11:50 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kipas Angin (Sumber:Dokumen Pribadi)

4

Beberapa hari kemudian, aku benar-benar tak bisa bergerak.

"Ah, rusak!" keluh Bima.

Ia memukul tubuhku perlahan, mencoba menyalakan tombol berulang kali. 

Tapi aku tetap diam.

Untuk pertama kalinya, aku tak bisa menemaninya. 

Tak bisa memberikan angin saat ia duduk merenung. 

Tak bisa menghembuskan kesejukan saat ia tertidur dengan kepala penuh pikiran.

"Aku harus beli yang baru, nih," katanya.

Aku tahu, masaku sudah habis.

Sore itu, Bima pergi ke toko elektronik, meninggalkanku sendiri dalam kamar yang sunyi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun