Motor kipasku mulai melemah, anginku tak lagi sekencang dulu.
"Eh, kenapa nih?" gumam Bima.Â
Ia mengerutkan dahi, mencoba memutar tombol kecepatan.Â
"Kok nggak sekencang biasanya?"
Aku ingin menjawab, aku lelah. Tapi aku hanya kipas angin, tak bisa bicara.
Bima memiringkan kepalanya. "Ah, mungkin perlu dibersihkan."
Ia membongkarku, membersihkan debu yang menempel di baling-balingku.Â
Aku tersentuh, tapi aku tahu, debu bukan satu-satunya masalah.Â
Aku butuh istirahat.Â
Tapi bolehkah aku berhenti?
Lalu aku teringat Bima. Ia juga tak pernah istirahat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!