Mohon tunggu...
Kak Memo
Kak Memo Mohon Tunggu... Kolumnis

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Hati Kipas Angin

9 Februari 2025   13:13 Diperbarui: 10 Februari 2025   11:50 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kipas angin berputar. Mengibas-ngibas tanpa henti.

Mendinginkan ruang yang panas, menenangkan hati yang gelisah. 

Sejak pagi buta hingga tengah malam, aku berdiri tegak di sudut ruangan, tidak mengeluh, tidak meminta balasan. 

Aku, kipas angin, saksi bisu yang tak pernah absen.

1

"Aduh, gerah banget!" seru Bima, pemilikku, sembari membanting tubuh ke atas kasur yang penuh bantal berantakan. 

"Untung ada kamu, kalau nggak, aku bisa mati kepanasan!"

Aku hanya berputar. Menghembuskan angin dengan setia. 

Tiap helaan napasku adalah penyelamat bagi manusia yang tak sadar betapa bergantungnya mereka padaku.

"Klik!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun