Mendidik di era AI bukan sekadar soal teknologi, melainkan menjaga martabat manusia sebagai pusat dari setiap inovasi.
Kierkegaard mengajarkan bahwa kecemasan adalah pintu menuju kedewasaan, dan iman adalah keberanian terbesar untuk hidup otentik.
Batin kita adalah medan perang! Kita terperangkap antara arsip penyesalan MasaLalu dan ilusi janji MasaDepan.Kenapa kita mengkhianati potensi saat ini
Apakah makna hidup sudah ada atau kita yang menciptakannya? Pertanyaan sederhana ini menyimpan jawaban kompleks tentang tujuan dan arti hidup.
Muatan berlebih bukan sekadar pelanggaran lalu lintas, melainkan potret manusia modern yang terus bernegosiasi dengan hidup.
Sebuah perjalanan puitis dan filosofis menyusuri jejak kesadaran, tubuh, dan ruang sosial yang tak terpisahkan.
Menelusuri jejak Kant, Hume, dan Sartre untuk memahami identitas sebagai karya yang terus berubah di tengah waktu dan pengalaman.
Apa jadinya jika kita benar-benar bebas? Eksistensialisme mengajak kita menatap cermin: memilih sendiri arti hidup—dan menanggung akibatnya.
Sebuah pengantar menuju 101 hari merenung bersama. Filsafat yang sederhana, membumi, dan relevan dengan hidup kita sehari-hari.
Hidup adalah pengulangan siklus yang abadi. Dalam menjalani kehidupan kita kerap kali menemukan pola-pola keberulangan. Pola-pola keberulangan tersebu
"Bagiku, tidak ada yang lebih tinggi dari diriku sendiri" Max Stirner
Eksistensialisme logika yang berupa memahami hakikat manusia dan tujuan hidupnya. Perkembangan filsafat memandang versi budaya agama dan logika
Ziarah adalah novel eksistensial penuh absurditas, menelusuri duka, cinta, dan makna hidup melalui perjalanan batin seorang pelukis kehilangan.
Ada perasaan yang datang tanpa nama. Ia tiba begitu saja, di suatu sore yang biasa, saat sedang menyeberang jalan atau menatap awan dari jendela. Tiba
Cinta bisa selingkuh, tapi akalkah yang paling dulu mengkhianat?
Sebab yang dikawal bukan hanya seseorang atau acara. Yang kita kawal adalah tanggung jawab kita sendiri terhadap dunia.
Mengawal bukan soal loyalitas buta. Ia tugas menjaga sesuatu tetap setia pada hakikatnya—bukan sekadar mengikuti arus tanpa arah.
Kesadaran bukan kebebasan, tapi luka. Ia membuka mata, meruntuhkan ilusi, dan meninggalkan kita dalam sunyi yang tak lagi bisa dihindari.
Dunia tidak netral. Dalam sunyi, manusia berdialektika dengan sejarah, dirinya, dan Tuhan. Inilah awal dari Silentisme Dialektis.
Imajinasi perbincangan eksistensialisme