Seri 1-Filsafat Logika
Episode-14: Eksistensialisme dan Rasionalitas: Mengapa dan Untuk Apa Manusia Ada
Di setiap peradaban, manusia selalu bertanya: siapa aku, untuk apa aku hidup, dan apakah akal cukup untuk menjawab itu semua? Pertanyaan ini tidak hanya melahirkan filsafat eksistensialisme dan rasionalitas, tetapi juga membentuk arah ilmu pengetahuan, politik, bahkan moral peradaban. Artikel ini mengulas akar sejarah dan perkembangan eksistensialisme-rasionalitas dari sudut pandang akademis, dengan rujukan pada tradisi universitas dunia, lalu menutup dengan refleksi penulis tentang makna hidup dan peran manusia sebagai khalifah.
**
Etimologi, Sejarah, dan Perkembangan
Eksistensialisme berasal dari kata Latin "existentia" yang berarti "keberadaan", dan pertama kali digunakan dalam konteks filsafat oleh Soren Kierkegaard pada abad ke-19. Rasionalitas berasal dari kata Latin "ratio", berarti "akal" atau "pertimbangan logis", yang sudah hadir dalam tradisi Yunani Kuno melalui karya Plato dan Aristoteles. Secara fonetik, kata eksistensi dan rasio memiliki akar yang menunjukkan keterhubungan antara keberadaan konkret manusia dan kemampuan berpikir sebagai fondasi hidup bermakna.
Sejak awal peradaban, manusia telah bertanya tentang makna hidup dan posisinya di alam. Sejak era Mesir Kuno, masyarakat sudah menulis teks-teks seperti: Kitab Orang Mati- yang menyoal perjalanan jiwa setelah kematian dan tujuan hidup manusia di bawah tatanan kosmik-. Babilonia dan Sumeria mengenal konsep moral dan keberadaan melalui mitos dewa serta kode hukum seperti: "Kode Hammurabi". Tradisi ini berlanjut di Yunani dan Romawi, di mana rasionalitas pertama kali dipadukan dengan mitos untuk menjelaskan eksistensi, menandai transisi dari narasi religius menuju diskursus filosofis formal.
Di Mesir Kuno, konsep keberadaan dipahami melalui kosmologi mitologis, sementara di Yunani Kuno, Socrates dan Plato memformulasikan diskursus rasional tentang jiwa dan kebaikan. Eksistensialisme sebagai aliran formal baru muncul pada abad ke-19 sebagai reaksi terhadap rasionalisme modern dan determinisme sains, namun benihnya ada sejak era Stoa di Romawi dan tradisi filsafat India kuno (Vedanta dan Upanishad) yang membahas -atman-sebagai tujuan hidup manusia.
**
Dunia akademis memandang Eksistensialisme melalui studi peradaban