Saat kecil, berteman terasa mudah. Kita bisa akrab hanya karena duduk sebangku, bermain di taman, atau punya hobi yang sama.Â
Di masa remaja, sekolah memberi ruang besar untuk berinteraksi, bertukar cerita, bahkan membentuk kelompok pertemanan yang terasa seperti "rumah kedua." Namun, seiring bertambahnya usia, banyak hubungan yang perlahan memudar.
Kita tumbuh, berpisah, sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang menikah, pindah kerja, merantau ke kota lain, atau bahkan berubah menjadi pribadi yang tak lagi sejalan.Â
Tanpa disadari, nama-nama yang dulu begitu akrab kini hanya tersisa di daftar kontak tanpa kabar terbaru.
Namun, nilai memiliki sahabat sejati tidak pernah berkurang. Justru, di usia dewasa, keberadaan lingkaran sosial yang suportif menjadi semakin penting---bukan sekadar untuk bersenang-senang, tetapi juga demi menjaga keseimbangan mental dan emosional.
Berbagai penelitian menunjukkan, banyak orang dewasa modern melaporkan merasa kesepian, meskipun memiliki pekerjaan, pasangan, atau media sosial dengan ribuan pengikut.Â
Lalu, mengapa menjalin atau mempertahankan pertemanan terasa semakin sulit ketika kita dewasa? Dan bagaimana cara mengubahnya?
1. Saat Kita Berusaha Mengontrol Hal yang Tak Bisa Dikendalikan
Salah satu penyebab utama persahabatan di usia dewasa terasa menyedihkan adalah munculnya ekspektasi tersembunyi.Â
Kita berharap teman akan selalu cepat membalas pesan, mengajak hangout lebih dulu, atau menunjukkan perhatian seperti yang kita lakukan.
Padahal, di dunia nyata, setiap orang memiliki ritme hidup yang berbeda. Ada yang sedang fokus mengejar karier, ada yang mengasuh anak, ada pula yang tengah berjuang secara mental dan memilih menarik diri sementara waktu.