Bagi banyak laki-laki dengan status sudah berkeluarga dan memiliki anak, peran sebagai suami dan banyak mengambil alih urusan rumah tangga tentunya bukanlah perkara mudah. Menjadi bapak rumah tangga dengan banyak mengambil alih peran istri banyak tantangannya. Bukan ayah super, tapi untuk kehidupan rumah tangga dan anak-anak. Saling memahami dengan pasangan adalah kuncinya.
Berdasarkan pengalaman dalam membina rumah tangga selama kurang lebih 14 tahun dan telah dikaruniai sepasang anak, saya tidak pernah merasa canggung untuk menjaga anak dan mengurus rumah tangga. Candaan dari para lelaki di sekitar rumah yang berseloroh "kita bang sia muane kita bang sia baine" saat saya menjemur pakaian di pagi hari, saya balas dengan senyuman. Ucapan tersebut berarti "kita sebagai suami dan sekaligus sebagai istri.
Menjadi bapak rumah tangga bagi saya hal biasa. Terserah orang mau berkata apa. Sepasang anak dominan tumbuh dalam kehidupan sehari-harinya bersama saya.
Meskipun saya aktif sebagai guru PNS, anak selalu ikut dengan saya ke sekolah, bahkan ketika saya harus menjadi fasilitator lintas kabupaten.Â
Jika ada yang bertanya, di mana istri saya? Ibu dari anak-anak juga sangat sibuk sebagai PNS di Dinas Kesehatan, sering tugas luar dan turun ke lapangan. Inilah alasannya saya lebih dominan bersama anak.
Memasak, mencuci pakaian, membersihkan peralatan dapur dan rumah, melipat dan menyetrika pakaian hingga memenuhi segala kebutuhan anak dari bayi hingga masa sekolah saya kerjakan seperti menikmati makanan lezat. Kalau bukan saya, siapa lagi.Â
Mau memanfaatkan jasa pembantu busa saja. Tapi sekali lagi, kami sudah berkomitmen untuk merawat anak sendiri dalam segala kondisi pekerjaan.
Dalam kehidupan rumah tangga kami, berbagi peran dengan pasangan wajib kami ambil demi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Menitipkan anak ke nenek mereka atau ke orang lain, bagi saya adlaah pilihan yang keliru. Selama saya bisa bersama anak-anak dan tidak mengganggu tugas pokok saya di sekolah, ya oke-oke saja.
Sampai hari ini, anak bungsu masih le gket ke saya. Sering saya memanggilnya manajer pribadi. Di usianya yang menginjak 4 tahun, ia pun sudah populer di kalangan warga Toraja sebagai manajer saya saking lengketnya ia ikut ke manajer saya pergi.Â
Apapun pekerjaan rumah yang bisa saya kerjakan saat kembali dari sekolah, saya kerjakan. Sedikit-sedikit anak pertama mulai membantu yang ringan. Istri banyak terbantu dengan kondisi ini. Ia tak perlu banyak mengerjakan pekerjaan rumah tangga saat tiba di rumah pukul 5 sore. Â