Hidup adalah pengulangan siklus yang abadi. Dalam menjalani kehidupan kita kerap kali menemukan pola-pola keberulangan. Pola-pola keberulangan tersebut seperti siklus tiada henti yang kita hadapi dalam menjalani hidup. Dalam permulaan hidup kita selalu dihadapkan dengan keinginan-keinginan akan capaian tertentu. Seperti anak tk yang memiliki Impian dan cita-cita dalam hidup. Sehingga kita berusaha untuk mengejar pencapaian tersebut. Begitu juga dengan masa dewasa. Menurut albert camus hidup ini diisi dengan absurditas keberulangan yang tiada henti. Manusia seperti dikutuk untuk memiliki pencapaian tertentu tetapi jika pencapaian telah tercapai manusia tidak berada dalam kepuasan yang abadi tetapi berada dalam kehampaan dan menuntut perubahan baru dari pencapaiannya sehingga harus memulainya dari awal. Pengejaran terhadap ideal-ideal tertentu seakan menjadi kutukan bagi manusia yang tiada henti memperjuangkan pendakiaannya terhadap puncak pencapaian dan jika sudah ada di puncak manusia akan turun dan mengulangi pendakian barunya terhadap pencapaian baru. Seperti misalnya bagi seorang anak muda yang baru lulus sekolah salah satu targetnya yang ingin dicapai saat itu adalah memperoleh pekerjaan. Ia rela mati-matian untuk mengorbankan dirinya untuk memperoleh pencapaian tersebut jika sudah tercapai ia memiliki target baru misalnnya ingin menikahi seorang gadis. Jika sudah tercapai juga ia memiliki target baru yaitu ingin mencukupi kebutuhan dia dan gadis yang dinikahinnya. Bahkan jika dia sudah kaya raya pun manusia tidak akan berhenti sampai disitu ia memiliki keinginan akan pencapaian baru yaitu kebahagiaan. Siklus naik turun dalam kehidupan seakan-akan menjadi kutukan bagi manusia sehingga manusia tidak akan berhenti di suatu tempat ia akan mengejar segala keinginannya.
Hal tersebut terjelaskan dalam filsafat Sejarah hegel yang mengklaim bahwa Sejarah memiliki pola keberulangan tertentu yang terus menerus menstransformasi diri nya sehingga mencapai peradaban yang lebih luhur. Pola keberulangan tersebut adalah transformasi ide yang disebut dialektika yang dikonsepsikan dengan tesis, anti tesis dan sintesis. Tesis mengambarkan suatu system sosial yang sudah mapan. Seiring berjalannya waktu muncul ide pemikiran yang berlawanan dari system sosial yang sudah mapan yang disebut anti-tesis sebagai bentuk ketidak puasan terhadap system lama. Dan rekosntruksi atau ide baru yang dihasilkan dari konflik antara tesis dan anti tesis adalah berupa system sosial baru yang lebih agung yang disebut sintesis. Selamanya pola keberulangan tersebut menjadi system yang harus dilalui dalam proses Sejarah. Begitu juga dalam kehidupan kita sebagai manusia, kita terus didorong untuk mentranformasikan ide-ide baru dalam pola dialektika sehingga menjadikan diri kita sebagai pribadi yang baru dalam setiap masanya. Kita dituntut untuk pandai beradaptasi terhadap fenomena yang kita hadapi sehingga kita tidak akan tersingkirkan. Dan hal tersebut yang menciptakan masalah dalam kehidupan. Kita memiliki harapan yang kerap tidak sesuai dengan kenyataan sehingga kita harus berpikir untuk menyelesaikannya. Kebahagiaan dan penderitaan dalam kehidupan adalah sesuatu yang temporer. Hal yang memiliki jangka waktu tertentu untuk selesai. Manusia kerap dibayang-bayangi oleh ilusi kebahagiaan abadi yang terdapat dalam kehidupan yang akan selalu ia kejar. Kebahagiaan abadi dalam kehidupan menjadi mitos dan sesuatu yang ideal yang diinginkan manusia di dunia sehingga enggan menerima kondisi penderitaan yang kerap hadir dalam kehidupan. kebahagiaan abadi dalam kehidupan adalah suatu ilusi yang membayangi pikiran manusia dan menjadi tujuan segala prilakunya. Sehingga manusia lupa untuk berpikir dia tidak akan mengenal kebahagiaan jika tidak merasakan penderitaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI