"How does it feel Jane? Is it hurt?"
Pukul 01.54, Paul memegang erat kepalanya, terlihat sangat cemas hingga berandai-andai, bila ia adalah seekor burung unta, ia akan cepat-cepat membenamkan kepalanya ke dalam pasir. How does it feel Jane? Paul kembali bergumam lirih. Dibolak-baliknya ponsel bututnya dengan harapan segera masuk satu atau dua pesan.
Hufft... Paul menghela nafas dalam-dalam. Hari makin larut dan bayang-bayang dini hari mulai datang. Rasa khawatirnya mulai datang merangsek jauh ke dalam hatinya. Jane, Jane, don't you ever think that i miss you? Paul bergumam lirih sambil beranjak menuju ke teras. Harap-harap cemas ada satu dua kabar atau mungkin sebuah keajaiban segera membawa Jane kembali.
...'Cause I can't make you love me if you don't. You can't make your heart feel somethin' it won't. Here in the dark, in these final hours. I will lay down my heart and I'll feel the power. But you won't, no you won't. 'Cause I can't make you love me, if you don't... *
Sebuah lagu dari Bonnie Raitt tiba-tiba mengalun pelan dari dalam rumah. Liriknya yang melankolis menyihirnya hingga membuat air matanya jatuh deras. Ah mengapa lagunya berhenti? Keluhnya. Mendadak Paul sadar bahwa lagu itu adalah nada dering ponsel bututnya, Damn! Secepat kilat ia berlari masuk kedalam rumah,
"Hello Jane? Where are you honey?"
"Damn you Paul! Why d'u take it so long? Can't you just answer the phone?"
"I'm i'm sorry honey, i mis..."
"Shut up! I'll be arrived in a minute!"
Tut.. tut.. tut.... Paul terdiam, tak tahu apakah ia akan sedih atau bahagia. Kenangan akan Jane dan anak semata wayangnya menyeruak cepat di hadapan. Air matanya kembali jatuh bersamaan dengan terdengarnya kembali lagu dari Bonnie Raitt,