Mohon tunggu...
M Rukhiat
M Rukhiat Mohon Tunggu... Mahasiswa IAI Hasanuddin Pare Kediri

Menulis untuk kesenangan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Hidup Punya Makna atau Kita yang Memberi?

19 September 2025   16:23 Diperbarui: 19 September 2025   16:24 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI. Mengapa Hidup (Sumber: Photo by Image Hunter from Pexels: https://www.pexels.com/photo/man-hand-holding-note-with-question-21939167/)

Selama bertahun-tahun, pertanyaan tentang makna hidup telah menjadi topik utama bagi para filsuf.  Dari zaman Yunani Kuno hingga saat ini, orang selalu bertanya, "Apakah hidup sudah memiliki makna yang melekat, ataukah kita sendiri yang memberinya arti?" Meskipun pertanyaan ini sederhana, jawabannya menimbulkan banyak pertanyaan.

Pandangan Filsafat tentang Makna Hidup

Kaum eksistensialis seperti Jean-Paul Sartre dan Albert Camus percaya bahwa hidup tidak memiliki makna yang pasti.  Sartre mengatakan bahwa manusia "dikutuk untuk bebas", yang berarti bahwa tidak ada tujuan yang ditetapkan sejak awal, sehingga masing-masing dari kita bertanggung jawab untuk memberi arti pada hidup kita sendiri.

Berbeda dengan itu, filsuf klasik seperti Aristoteles berpendapat bahwa setiap orang memiliki telos, atau tujuan akhir, yang ditakdirkan untuk mereka.  Menurut perspektif ini, makna hidup sudah ada dalam kodratnya dan tidak diciptakan oleh manusia.

Pertentangan ini menunjukkan bahwa makna hidup dapat dipahami dari dua perspektif: sebagai sesuatu yang ada sejak awal atau sebagai produk dari kesadaran manusia yang terus meningkat.

Data dan Fakta Menarik tentang Pencarian Makna

Menurut penelitian yang dilakukan oleh psikolog Viktor Frankl, seorang penyintas kamp konsentrasi Nazi, orang yang mampu menemukan makna dalam penderitaan mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk bertahan hidup. Dalam bukunya yang berjudul Man's Search for Meaning, Frankl menyatakan bahwa, dalam keadaan apa pun, manusia masih dapat menemukan makna melalui cinta, karya, atau keberanian menghadapi derita.

Sebuah survei yang diterbitkan oleh Journal of Positive Psychology menunjukkan bahwa orang yang merasa hidup mereka bermakna memiliki tingkat kebahagiaan dan kesehatan mental yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak menemukan arti dalam hidup mereka.

Apakah Makna Hidup Ditemukan atau Dibuat?

Di sinilah pertanyaan utama muncul: apakah kita menemukan makna dari apa yang sudah ada atau kita membuatnya sendiri?

Jika kita percaya bahwa makna hidup sudah ada, maka tugas manusia hanyalah menemukannya. Namun, jika kita percaya bahwa makna hidup netral, maka setiap orang bebas menentukan maknanya sendiri sesuai dengan pengalaman mereka dan nilai yang mereka anut.

Metode ini tidak selalu bertentangan.  Sebagian makna mungkin sudah ada, seperti keinginan untuk menjalani kehidupan yang baik dan mencintai orang lain, tetapi setiap orang memutuskan bagaimana memaknainya.

Kesimpulan: Makna Hidup Ada di Tangan Kita

Hidup seringkali terasa absurd dan penuh pertanyaan tanpa jawaban pasti. Namun, justru di situlah letak kebebasannya. Entah makna hidup sudah ada atau kita sendiri yang memberi, yang terpenting adalah kesadaran untuk menjalaninya dengan tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun