Mohon tunggu...
Satrio Piningit
Satrio Piningit Mohon Tunggu... -

jer besuki mawa bea

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama FEATURED

Supersemar dan Dugaan Korupsi Kol. Soeharto

11 Maret 2016   07:36 Diperbarui: 11 Maret 2018   17:53 16606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedekatan Untung dan Soeharto secara pribadi terlihat ketika Untung menikah di Kebumen tahun 1964. Soeharto dan istri datang jauh-jauh dari Jakarta ke kota kecil itu, meski kondisi jalan saat itu sangat tidak memadai. Hal ini sempat mengundang keheranan di kalangan perwira, termasuk pimpinan Tjakrabirawa. Perkawinan Untung di kota kecil yang jauh itu dihadiri Pangkostrad, padahal tak satu pun anggota Tjakra yang hadir.

6.2.2. Lettu Dul Arief

Perwira Kawal Istana di bawah Untung yang juga termakan isu Dewan Jenderal adalah Lettu Dul Arief, Komandan Peleton Tjakrabirawa. Dul adalah juga alumni Kodam Diponegoro, yang dulu dipimpin trio Soeharto-Ali-Yoga. Yang mengejutkan, menurut investigasi Tempo, Dul adalah anak angkat Ali Murtopo.

Tokoh intel Ali Murtopo, bapak angkat Dul Arief/dokpri
Tokoh intel Ali Murtopo, bapak angkat Dul Arief/dokpri

6.2.3. Kol. A. Latief

Diluar Tjakrabirawa, perwira AD yang termakan provokasi "kup Dewan Jenderal" adalah Kol. Latief, Komandan Brigade Infanteri I Kodam V Jaya, di bawah Pangdam Umar Wirahadikusumah. Latief adalah sahabat dekat Soeharto, teman seperjuangan waktu peristiwa Tan Malaka 1946, dan sama-sama alumni Kodam Diponegoro.

Istri Latief juga dekat dengan istri Soeharto. Tanggal 29 September 1965, Latief dan istri sempat berkunjung ke rumah Soeharto dan istri untuk menawarkan tukaran rumah dinas. Kebetulan Latief dapat rumah dinas bekas dubes Inggris, yang lebih bagus dari rumah dinas Pangkostrad. Ia ingin Soeharto tinggal di rumah dinasnya yang lebih bagus, dan rela pindah ke rumah dinas Soeharto yang lebih sederhana (sumber: Latief, Pledoi Kol. A.Latief, hlm 282).

6.2.4. Brigjen Supardjo

Perwira AD lain yang terlibat adalah Brigjen Supardjo. Ia adalah Panglima Komando Tempur II Konfrontasi Malaysia di Kalimantan, di bawah Panglima Menpangau Omar Dani dan Wakil Panglima Mayjen Soeharto. Supardjo merasa kecewa dengan sebagian elite ADyangpro-Barat, karena merasa pasukannya ditelantarkan di medan perang akibat petinggi AD pro-Barat tidak mendukung "Ganyang Malaysia". 

6.2.5. Mayor Suyono

Perwira AU yang jadi pimpinan G30S adalah Mayor Suyono, Komandan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) Halim. Ia terlibat penuh sebagai kader PKI, sebagai pribadi diluar jalur komando resmi TNI AU. Suyono memimpin latihan kemiliteran untuk sekitar 2.000 sukarelawan binaan PKI di Lubang Buaya(sumber: Katoppo, “Menyingkap Kabut Halim 1965”).

Suyono ikut G30S direkrut oleh Syam. Suyono memperkenalkan Syam dengan Letkol Untung dan Kol. Latief. Tanggal 30 September malam, atas perintah Syam, Suyono membawa Aidit ke Halim (sumber: Transkrip Mahmilub tanggal 7 Juli 1967, Kesaksian Syam untuk perkara Sudisman).

6.3. Penyebab Perwira Ikut G30S

Menurut pengakuan Supardjo, ia datang ke Jakarta untuk menghadap Presiden tanggal 3 Oktober bersama Omar Dani, guna mengantisipasi kup Dewan Jenderal yang ketika itu santer isunya akan dilakukan pada Hari ABRI 5 Oktober. Menurut Laporan CIA, Soekarno sendiri memang kemungkinanpercaya dengan isu kup Dewan Jenderal itu (sumber: Intelligence Memorandum, Washington, October 6, 1965, OCI No. 2330/65).

Supardjo datang ke Jakarta dari front Malaysia di Kalimantan tanggal 28 September 1965. Ia langsung bertemu dengan Syam Kamaruzzaman. yang sering memberinya info-info intelijen. Pada pertemuan itu, Syam mengatakan ia bermaksud untuk menculik Dewan Jenderal dan menghadapkannya ke Presiden untuk diambil tindakan. Syam mengaku bahwa rencananya didukung oleh PKI (sumber: Dokumen Supardjo, "Beberapa Pendapat Jang Mempengaruhi Gagalnja G-30-S Dipandang dari Sudut Militer").

Syam meminta Supardjo untuk jadi jurubicara G30S ke Presiden. Pangkopur front Malaysia itu baru datang ke Jakarta tanggal 28 September dan tak pernah bertemu pimpinan PKI membahas G30S. Ia hanya dengar dari mulut Syam, dan Supardjo percaya penuh padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun