Mohon tunggu...
Satrio Piningit
Satrio Piningit Mohon Tunggu... -

jer besuki mawa bea

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama FEATURED

Supersemar dan Dugaan Korupsi Kol. Soeharto

11 Maret 2016   07:36 Diperbarui: 11 Maret 2018   17:53 16605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syam selalu mengaku bahwa semua yang terjadi pada peristiwa G30S itu atas perintahnya, sambil mengklaim bahwa Aidit yang perintahkan. Syam leluasa melempar semua kesalahan pada Aidit, karena Ketua PKI itu sudah dibunuh duluan bulanNovember 1965 tanpa pengadilan.

Dari limaKetua Dewan Harian Politbiro, yang empat -- Aidit, Njoto, Lukman, Oloan -- semuanya dibunuh tanpa diadili. Hanya Sudisman yang diadili. Tentu normal jika kita berpikir PKI pasti bohong dan bilang apa saja di Mahmilub untuk menyelamatkan dirinya supaya dapat keringanan hukuman. Ternyata, satu-satunya Ketua PKI yang diadili itu justru mengajukan pernyataan yang mengejutkan:

“Walaupun saya tidak ikut menyusun komposisi Dewan Revolusi,tidak berada di Halim, Lubang Buaya atau Pondok Gede baik di sekitar maupun pada saat dicetuskannya G30S, tapi karena semua perbuatan itu adalah perbuatan oknum-oknum anggota PKI, maka saya ambil oper tanggungjawabnya.” (sumber: Transkrip Mahmilub, persidangan Sudisman, tanggal 7 Juli 1967).

Dengan kata lain, dia mengaku bahwa kawan-kawannya terlibat. Dia tahu Ketua PKI yang lain dibunuh tanpa diadili. Dia tahu bahwa dirinya pasti akan dihukum mati. Tapi, secara organisasi, dia tetap bilang bahwa G30S adalah “perbuatan oknum-oknum anggota PKI” (karena diluar keputusan Politbiro), sambil memikul tanggungjawab kawan-kawannya yang sudah dibunuh, yang sudah pasti membuatnya dijatuhi vonis hukuman mati.

6.4.3. Anggota yang Terlibat Langsung

Anggota PKI yang terlibat langsung dalam operasi G30S di Halim adalah Syam dan Pono. Hanya mereka berdualah orang berpakaian sipil di tengah-tengah pasukan militer di Halim (sumber: Dokumen Supardjo, "Beberapa Pendapat Jang Mempengaruhi Gagalnja G-30-S Dipandang dari Sudut Militer").

Di luar operasi militer, anggota PKI yang terlibat adalah Njono. Ia mengerahkan bantuan sukarelawan untuk mendukung G30S, tanpa memberitahu apa konsekuensinya. Njono sendiri bersaksi bahwa tenaga sukarelawan itu untuk membantuputsch(perebutan kepemimpinan militer) di tubuh AD (sumber: Laporan Intelijen Australia, Desember 1965, dikutip dalam Easter, "Keep the Indonesian Pot Boiling").

6.4.4 Keberadaan Aidit di Halim

Adalah Syam yang membawa Aidit ke Halim, dan memerintahkan Mayor Suyono untuk menjemputnya (sumber: Kesaksian Syam di Mahmilub tanggal 7 Juli 1967 perkara Sudisman). Aidit kemudian mengajak 3 pembantunya, Kusno (aspri); Subekti (panitera merangkap sekpri); dan Bono (Biro Chusus PKI). Mereka disembunyikan di rumah Sersan Suwandi yang berjarak sekitar 800 meter terpisah dari Gedung Penas yang dijadikan markas oleh kelima pimpinan G30S. Aidit tak pernah ikut rapat dengan pemimpin G30S. Ia hanya mendapat laporan dari Syam yang terlihat bolak-balik menemuinya (sumber: Prof. John Roosa, Wawancara dengan Heru Atmodjo, 14 Desember 2002, Jakarta).

Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan. Jika Aidit Ketua PKI itu adalah dalang dan pemimpin G30S, mengapa ia tak pernah memimpin rapat G30S yang berada di satu lokasi? Mengapa tak ada elite partai yang ikut -- hanya mengajak aspri; sekpri dan Biro Chusus yang tak ada dalam struktur partai? Mengapa ia disembunyikan di rumah yang terpisah jauh, sehingga para perwira G30S tak pernah bertemu dengannya? Mengapa Syam yang membawanya ke Halim, dan bukan sebaliknya?

Disitulah kelihaian pelintiran double-agent. Kepada perwira G30S bilang didukung PKI, kepada Ketua PKI bilang didukung perwira. Sementara, kedua pihak tak pernah bertemu langsung.

Prof. Wertheim -- serta Ben Anderson dan McVey penulis Cornell Paper -- juga mencoba menjawab teka teki ini. Mereka sependapat bahwa Aidit, Subekti dan Bono adalah korban penipuan, untuk menimbulkan kesan bahwa G30S didalangi PKI. Tapi ia bukan ditipu oleh para perwira pemimpin G30S (Untung dan Latief), melainkan ditipu oleh “dalang sesungguhnya” lewat agen ganda mereka, Syam.

Analisis para akademisi Barat itu tampaknya sejalan dengan apa yang dikatakan Soekarno dalam pidato Nawaksara, bahwa G30S terjadi akibat “1)keblingernya pimpinan PKI” (Aidit cs ada di TKP) sehingga terjebak dalam “2) kelihaian subversi nekolim” (“the real dalangs” istilah Wertheim).

7. Persiapan G30S di Halim

7.1. Dokumen Supardjo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun