Mohon tunggu...
Satrio Piningit
Satrio Piningit Mohon Tunggu... -

jer besuki mawa bea

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama FEATURED

Supersemar dan Dugaan Korupsi Kol. Soeharto

11 Maret 2016   07:36 Diperbarui: 11 Maret 2018   17:53 16649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Letkol Untung bingung, karena bantuan tentara dari Jateng dan Jatim ternyata banyak yang mengundurkan diri. Ia sempat bimbang untuk melanjutkan rencana. Syam lah yang memprovokasi, "Ya Bung, kalau mau revolusi pasti banyak yang mundur, tapi kalau sudah menang banyak yang mau ikut".

Kesaksian Supardjo ini sangat berbeda dengan penggambaran dalam film propaganda "Pemberontakan G30S", dimana seolah-olah G30S disusun dengan sangat rapih oleh para konspirator yang licik dan jahat sambil tak henti mengepulkan asap rokok di bibir yang hitam. Para pimpinan G30S justru bersikap sebaliknya: gelagapan, bingungdan berantakan.

Pembagian tugas regu penculik masing-masing jenderal juga sembarangan dan terkesan amatiran. Sempat berkali-kali ganti regu dan pimpinan. Sandi belum diputuskan, amunisi belum datang, pasukan AU datang terlambat. Tak ada Plan A & Plan B seperti lazimnya operasi militer. Akhirnya pasukan penculik menuju sasaran masing-masing sekitar jam 3.30 subuh. 

9.1.2. Hasil Penculikan

Jika melihat pembicaraan-pembicaraan sebelumnya antara Syam dan Supardjo, tujuan awal G30S adalah menculik para jenderal hidup-hidup untuk dibawa ke Presiden, dimana Supardjo jadi jurubicara mereka. Namun pelaksanaan di lapangan berantakanakibat kerjaamatiran. Akhirnya mereka kembali ke Halim dengan hasil yang membingungkan: 3 jenderal hidup, 3 jenderal tewas, 1 perwira salah tangkap.

Ironisnya, jenderal yang lolos justru pimpinannya, yakni Nasution. Padahal, pasukan yang bertugas menculik Nasution jumlahnya paling banyak, sekitar 100 orang dalam 4 truk, dibanding 19 orang untuk menculik Suprapto (sumber: Dokumen Supardjo).

9.1.3. Lapor ke Presiden

Paginya, setelah Supardjo pergi ke istana untuk lapor ke Presiden, 4 perwira yang masih hidup (Parman, Suprapto, Sutoyo dan Tendean) dibunuh di Lubang Buaya. Di persidangan Latief tahun 1978 yang menghadirkan Syam sebagai saksi, Syam mengaku bahwa dirinyalah yang memerintahkan penembakan para jenderal (sumber: Wertheim, Who’s Plot? New Light on the 1965 Events, hlm 207).

9.1.4. Perintah Penembakan


Ada hal yang menarik dari data ini. Semua perwira G30S, apalagi Supardjo yang ditugaskan jadi juru bicara ke Presiden, berpikir bahwa mereka rencananya menculik para jenderal hidup-hidup. Hanya Syam yang punya inisiatif untuk membunuh para jenderal. Itupun dilakukannya setelah Supardjo pergi ke istana untuk lapor ke Presiden.

Analoginya seperti kisah komplotan rampok yang sama-sama merampok bank, namun setelah uang di tangan, si pemimpin menelikung dan membunuh mereka.

Pertanyaan yang menggilitik adalah: jika ketujuh jenderal berhasil diculik hidup-hidup kesitu, dikala Supardjo lapor ke Presiden, apakah Syam tidak memerintahkan pula untuk membunuh para jenderal? Sebab, setelah nantinya Supardjo melaporkan bahwa Presiden tidak mendukung dan memerintahkannya untuk menghentikan G30S, Syam tetapbersikeras melanjutkan gerakan tanpa dukungan Soekarno(sumber: Dokumen Supardjo). Terbukti Syam punya agenda sendiri, yang tidak dia sampaikan sebelumnya kepada para perwira yang dia libatkan.

9.1.5. Jam Penembakan

Kembali ke 1 Oktober pagi itu. Atas perintah Syam, sekelompok pasukan G30S menembak masing-masing perwira berkali-kali. Untuk menyembunyikan para korban dan menghilangkan jejak mereka, pasukan melemparkan ketujuh jenazah itu ke dalam sumur, lalu menguruk sumur itu dengan bebatuan, tanah dan dedaunan (sumber: CIA, Indonesia - 1965, hlm 21).

Menurut CIA, dalam laporannya tentang G30S yang telah boleh diakses publik, para jenderal itu dibunuh sekitar pukul 7.00 (sumber: ibid.). Menurut ingatan Serma Boengkoes, pembunuhan terjadi sekitar pukul 9.30 (sumber: Anderson, World of Sergeant-Mayor Bungkus).

9.2. Tak Ada Gerwani di TKP

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun