Setelah itu cukup lama kami saling mendiamkan. Ini aneh, Arin tak biasanya ikut diam. Dia akan banyak komentar dan nasihat kalau aku sedang curhat. Tapi kali ini dia Cuma diam.
"Tambatan hati itu biasanya tak perlu jauh-jauh, Ngga. Dia mungkin saja ada di dekatmu, tapi kau tak menyadarinya." Ujar Arin menatapku.
Aku pun menatapnya balik. Apa maksud Arin barusan? Tak seperti biasanya ia berkata lembut seperti itu.
"Maksudnya, kamu?" tanyaku menyelidik.
Hufffttt
"Aku sebenarnya suka sama kamu, sejak kita mahasiswa baru" ujarnya singkat setelah menghembuskan nafas panjang.
Kata-kata Arin barusan benar-benar membungkamku. Tak bisa kupercaya apa yang keluar dari mulutnya barusan.
"Sejak mahasiswa baru? Berarti dua tahun lalu?" tanyaku yang amsih terkejut.
Ia Cuma mengangguk pelan.
Tanpa pikir panjang seraya kupeluk dia. Kudekap erat tubuhnya, sambil dalam hati menyesali kebodohanku.
Mungkin aku terlalu nyaman menjadi sahabatnya, sehingga aku tak merasakan segala perhatian dan cintanya.