Aku hanya diam dan menurut. Mungkin anak-anak yang lain juga ingin protes namun urung. Tak ada yang berani dengan Arin.
Langkahku semakin malas masuk ke dalam desa ini. Kanan kiri Cuma bisa kulihat pohon-pohon lebat. Tak bisa kubayangkan kalau malam hari gelapnya seperti apa.
"Oke gaes, ini naman Pak Rahmat. Kepala desa di sini." Ujar Arin.
Seorang pria patuh baya tersenyum kepada kami. Tapi perhatianku mendadak tertuju kepada gadis di sampingnya. Jantungku berdebar kencang, pandanganku tak henti-hentinya melihat dia.
"Perkenalkan, saya Pak Rahmat. Selamat datang di Desa Wakanda. Sebelumnya saya ingin tahu dulu nama-nama semuanya. Biar kenal" ujar Pak Rahmat ramah.
Sementara aku masih asyik memperhatikan gadis di belakan Pak Rahmat. Kecantikannya sungguh alami tanpa sentuhan operasi plastik.
Bukkk
Mendadak ada pukulan tajam menghantam perutku. Siapa lagi kalau bukan Arin yang mendaratkan sikutnya.
"Aduh, apaan sih. Sakit tau" ujarku kesal.
"Giliranmu kenalan, ngelamun melulu" jawabnya.
Astaga, aku sampai lupa untuk memperkenalkan diri.