Pertama, guru membagi siswa dalam kelompok heterogen 4-5 orang. Heterogen artinya dalam satu kelompok ada siswa yang pintar, sedang, dan kurang. Ada laki-laki dan perempuan. Kalau mungkin, dari berbagai latar belakang juga.
Kedua, guru menyampaikan materi pelajaran seperti biasa.Â
Ketiga, siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas atau soal-soal latihan. Mereka saling membantu memastikan semua anggota kelompok paham.
Keempat, siswa mengerjakan kuis individual. Nilai kuis ini nggak boleh dibantu teman.Â
Kelima, nilai kuis dibandingkan dengan nilai sebelumnya. Siswa yang nilainya meningkat dapat poin kontribusi untuk kelompoknya.
Keenam, kelompok yang total poinnya paling tinggi mendapat reward atau pengakuan. Bisa berupa sertifikat, applaus, atau hadiah kecil.
Yang menarik dari STAD adalah setiap siswa bisa berkontribusi untuk kelompoknya, nggak peduli pintar atau kurang. Yang penting ada peningkatan dari nilai sebelumnya. Jadi, semua siswa punya kesempatan yang sama untuk membantu kelompoknya menang.
2. Jigsaw
Model Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson. Namanya diambil dari puzzle jigsaw yang hanya lengkap kalau semua potongan disatukan. Begitu juga dalam model ini, pembelajaran hanya lengkap kalau semua anggota kelompok berbagi pengetahuan mereka.
Cara kerjanya:
Pertama, siswa dibagi dalam kelompok asal (home group) 4-5 orang.Â