Positive interdependence ini bisa diciptakan dengan berbagai cara. Bisa melalui pembagian peran yang jelas, pemberian sumber belajar yang harus dibagikan, atau sistem penilaian yang menggabungkan nilai individual dan nilai kelompok.
2. Individual Accountability (Tanggung Jawab Individual)
Meskipun bekerja dalam kelompok, setiap siswa tetap bertanggung jawab secara individual untuk memahami materi. Nggak boleh ada yang cuma numpang atau mengandalkan teman yang lebih pintar.
Untuk memastikan ini, guru biasanya memberi tes individual setelah kerja kelompok, atau melakukan random checking dengan menunjuk siswa secara acak untuk menjelaskan hasil kerja kelompoknya. Jadi, semua siswa harus benar-benar paham, nggak bisa cuma satu atau dua orang yang paham.
Prinsip ini penting untuk mencegah free riding atau siswa yang nebeng tanpa berkontribusi. Dengan adanya individual accountability, setiap siswa harus benar-benar terlibat dan belajar.
3. Face-to-Face Interaction (Interaksi Tatap Muka)
Siswa harus berinteraksi langsung satu sama lain, nggak cuma ngerjain bagian masing-masing lalu digabung. Mereka harus berdiskusi, saling menjelaskan, bertanya, berdebat, dan saling memberi feedback.
Interaksi tatap muka ini penting karena di sinilah pembelajaran sesungguhnya terjadi. Ketika siswa menjelaskan ke teman, bertanya, atau berdebat, mereka sedang memproses informasi lebih dalam. Pemahaman mereka jadi lebih kokoh.
Untuk mendukung ini, kelompok sebaiknya nggak terlalu besar. Idealnya 3-5 orang per kelompok supaya semua bisa berinteraksi dengan baik. Kalau terlalu banyak, ada kemungkinan beberapa siswa jadi pasif.
4. Interpersonal and Small Group Skills (Keterampilan Sosial)
Cooperative Learning nggak cuma mengajarkan materi pelajaran, tapi juga mengajarkan keterampilan sosial. Siswa belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, mendengarkan pendapat orang lain, menghargai perbedaan, mengelola konflik, dan membuat keputusan bersama.