Sekarang hanya tingal Yuna dan Yuri. Keheningan terjadi di antara mereka berdua tidak ada yang berani membuka suara. Hanya alunan musik klasik yang terdengar di sana. Mereka masih bergulat dengan pikiran masing-masing.
"Bagaimana ujian terakhirmu?" Yuri membuka suara menanyakan sang adik perihal ujian yang dilaksanakannya.
"Lancar." Yuna hanya menjawab sekenanya. Ia masih memikirkan buku diarynya. Di mana buku itu sekarang berada.
"Mukamu kusut, ada masalah?"
Yuna menggeleng lemah. "Tidak."
Yuri tersenyum, menahan dagu Yuna agar sejajar dengan wajahnya seraya berkata. "Aku ini kakakmu. Aku tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu. Jadi? Ada apa?"
"Mmm.. aku mempunyai buku diary. Aku menuliskan semuanya di sana. Buku itu hilang saat aku berada di sekolah. Di dalamnya ada foto kita, Bunda dan Ayah." Jelasnya.
"Tidak apa-apa, bukan keinginanmu menghilangkan buku itu. Jangan terlalu dipikirkan oke?"
Yuna mengangguk lalu bergabung dengan kedua sahabatnya. ia sudah berniat akan menjadi kasir jika mengunjungi kafe.
Di sini ia sekarang. Berdiri di depan kasir dengan senyum yang harus ia lontarkan kepada pelanggan.
"Totalnya lima puluh ribu. Silahkan ditunggu pesanannya." Ucapnya pada salah satu pelanggan.