Mohon tunggu...
Murni KemalaDewi
Murni KemalaDewi Mohon Tunggu... Novelis - Lazy Writer

Looking for place to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pemberontakan Cinderella 2 (Bab 2)

25 Mei 2019   12:01 Diperbarui: 25 Mei 2019   12:19 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://fineartamerica.com 

            "Rahman benar loh, Ay. Lo nggak boleh gitu. Kalau memang nyatanya lo salah, lo harus bisa mengakui kesalahan lo. Makanya lain kali baca buku jangan setengah-setengah. Jadi ginikan" kata Nana polos.

            Aya tampak sangat jengkel melihat Nana dan Rahman membela Ivan. Aya lalu menatap Riska memohon pertolongan,

            "Lo juga belain dia, Ris?"tanya Aya.

            Riska tersenyum meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal,

            "Aduh... gimana yah?! Sebenarnya aku juga tidak terlalu mengerti kalian sebenarnya sedang bicara apa.  Soalnya aku belum pernah kenalan sama om Machiavelli. Ntar deh, kalau aku ketemu sama dia, aku pasti akan menanyakan pendapat dan pemikirannya yang sebenarnya. Baru deh aku bisa pilih mau belain siapa"

            Erick, Rahman dan Nana tertawa kecil mendengar ucapan Riska. Sementara Aya hanya bisa menatap sahabatnya itu dengan jengkel.

            Ivan tiba-tiba berdiri dan berjalan mendekati Aya dengan tangan di sakunya. Ia menatap Aya penuh ejekan,

            "Sungguh menyedihkan melihat seseorang yang bersikeras menyatakan dirinya benar, meskipun sebenarnya dia tidak tahu apa-apa. Aku bicara seperti ini denganmu 'bagai menepak nyamuk menjadi daki'[1]. Lain kali, belajarlah untuk menerima pendapat orang lain nona.. " Ivan membaca papan nama Aya, "Ayamari Azayaka" katanya dingin. 

            Ivan tersenyum sinis sebelum memutar badannya membelakangi Aya dan berlalu pergi. Aya sekuat tenaga menahan amarahnya menatap punggung Ivan.

            Erick menghela nafas menatap Ivan. Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Aya dan tersenyum,

            "Jangan marah. Dia tidak bermaksud buruk. Kau sebenarnya tidak salah 100%. Hanya saja dia, sedikit lebih tahu tentang hal ini. Soalnya di istana dia juga mendapatkan pelajaran tambahan mengenai politik, kepemimpinan dan pemikiran barat. Mengenai abad pertengahan, paling sering dia dengar"

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun