Mohon tunggu...
Murni KemalaDewi
Murni KemalaDewi Mohon Tunggu... Novelis - Lazy Writer

Looking for place to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pemberontakan Cinderella 2 (Bab 2)

25 Mei 2019   12:01 Diperbarui: 25 Mei 2019   12:19 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://fineartamerica.com 

            Ivan menyilangkan kakinya dan tampak menerawang,

            "Machiavelli menulis Il Principe ketika ia sedang berada di pengasingan dan bermaksud mempersembahkan karyanya ini pada Paus Leo X 'Geovani de Medici'. Namun karya ini malah jatuh ke tangan Lorenzo, keponakan Paus Leo X" Ivan menatap hp yang ada di tangannya setengah melamun, "Machiavelli sendiri berharap, dengan karyanya ini, dia akan diangkat kembali menjadi penasehat istana"

            Aya menatap Ivan dengan wajah sinis,

            "Jangan sok tahu. Kalau memang dia bukan pemikir yang berbahaya, kenapa  Paus Julius II menyebutnya sebagai sekutu setan dalam kejahatan. Sementara Leo Strauss menilai Machiavelli sebagai pemikir titisan setan. Masih ada Betrand Russel yang menganggap politik kekuasaannya hanya layak dibaca oleh para gangster"

            Ivan tersenyum kecil,

            "Wah... untuk seseorang yang hanya membaca sekilas di toko buku, ingatanmu boleh juga"

            Aya tersenyum sombong.

            Ivan mengangkat kepalanya dan menatap Aya dengan tenang,

            "Anggap saja mereka adalah tokoh-tokoh yang tidak memahami Machiavelli. Hanya sedikit tokoh yang bisa memahami pria ini" Ivan seperti mengingat-ingat, "Mmm.. contohnya saja Leopad Van Ranke, seorang sejarawan terkemuka asal Jerman yang mengatakan bahwa untuk memahami Machiavelli, kita harus membaca Il Principe sampai tuntas. Barulah kita akan mengerti bahwa yang ditulis Machiavelli dalam karyanya itu didorong oleh tekadnya untuk mencapai Italia yang bersatu, dari pada sekedar mengabaikan nilai-nilai moral" Ivan kembali seperti mengingat-ingat, "Masih ada Francis Bacon, seorang filusuf serta pengacara yang juga berpendapat, bahwa Machiavelli dalam Il Principe hanya mengemukakan apa yang 'benar-benar dilakukan oleh para penguasa saat itu' bukan apa yang 'seharusnya ' mereka lakukan"

            Ivan menatap Aya, yang tampak terdiam mendengarkan penjelasannya,

            "Machiavelli sendiri dengan tegas memilih kekuasaan dari rakyat atau Res Publica yang manusiawi dan lurus. Pilihannya ini tertuang dalam karyanya yang lain berjudul 'Discorsi', yakni politik kerakyatan. Di sini ia berpendapat, bahwa rakyat merupakan suara tuhan. Dengan demikian prinsip kebebasan tidak tergantung pada siapa yang memerintah, melainkan pada rasa bebas yang diinginkan warga negaranya dalam bertindak. Naskah Discorsi Nicolo Machiavelli, ditulis untuk dipersembahkan kepada Zanobi Buondelmonti dan Cosimo Rucellai. Naskah ini ditulis hampir bersamaan dengan periode ditulisnya Il Principe. Sayangnya, tak banyak yang membaca naskah ini. Jika Il Principe ditulis untuk memberi gambaran tentang yang "nyata-nyata ada", maka Discorsi ditulis untuk memberi gambaran tentang apa yang menjadi keinginan ideal Machiavelli dalam pengelolaan negara. Naskah Discorsi ini merupakan pandangan politik Machiavelli berdasar telaah Titus Livius ihwal sejarah Republik Roma. Sebelum jatuh ke dalam bentuk kekaisaran, Roma lama hidup dalam sistem republik, kira-kira hampir selama 500 tahun. Tentu saja sistem republik masa itu tidak selengkap seperti yang kita kenal sekarang, tetapi cukup jelas... di sana ada dialog dan upaya membangun konsensus antara para penguasa dengan rakyat bawahannya. Berdasar kasus-kasus yang terjadi dalam sejarah Roma itulah, Machiavelli memberi catatan-catatan, komentar serta pandangan-pandangan pribadi tentang bagaimana sebaiknya kekuasaan negara dijalankan dan dikelola" jelas Ivan panjang lebar.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun