Mohon tunggu...
Murni KemalaDewi
Murni KemalaDewi Mohon Tunggu... Novelis - Lazy Writer

Looking for place to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pemberontakan Cinderella 2 (Bab 2)

25 Mei 2019   12:01 Diperbarui: 25 Mei 2019   12:19 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://fineartamerica.com 

Kelas 3 IPA A masih sepi. Erick sedang asyik menulis di mejanya. Ivan tiba-tiba masuk dengan wajah kesal dan membanting tasnya ke atas meja dengan kasar. Erick yang asyik menyalin PR milik temannya, tampak kaget. Ia menatap Ivan heran,

"Apa tidak bisa lebih keras lagi dibantingnya?!"sindirnya.

Ivan menatap Erick dengan kaku. Tanpa mempedulikan Erick, ia lalu duduk dan membuka tasnya. Dari dalam tas itu ia mengeluarkan bola kesayangannya dan sebuah buku. Ivan membaca buku itu sambil meremas-remas bola karet yang ada di tangannya. Wajahnya lambat laun terlihat berubah menjadi lebih tenang.

Erick menatap bola yang ada di tangan Ivan. Erick tahu,  sepupunya ini hanya akan melakukan kegiatan yang sama (memainkan bola karet itu) hanya kalau ia sedang mencoba menahan perasaannya. Semakin kuat dia meremas bola itu, maka akan semakin tenang wajah sepupunya ini. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menatap Ivan,

"What's wrong, Bro? Apa ada yang sedang mengganggu fikiranmu?" Wajah Erick tiba-tiba berubah khawatir, "Atau jangan-jangan, ada yang terjadi dengan Tuanku Yang Mulia?" tanyanya cemas.

Ivan menatap Erick, heran,

"Apa yang membuatmu berfikir kalau ada sesuatu yang terjadi dengan Tuanku Yang Mulia?!"        

Erick mengangkat kedua bahunya,

"Entahlah. Mungkin karena aku melihatmu memegang bola itu. Kau biasanya tidak akan memerlukan itu kecuali ada hal yang sangat penting mengganggu fikiranmu. Dan menurut pendapatku, saat ini masalah penting yang bisa mengganggumu hanyalah masalah kesehatan Tuanku Yang Mulia" jelas Erick.

Ivan menatap bola yang ada di tangannya sambil melamun. Ia lalu tersenyum kecil dan menutup buku yang ada di tangannya,

"Kau benar, Bro. Kesehatan Yang Mulia merupakan masalah penting yang harusnya menggangguku" Wajahnya tiba-tiba berubah dingin, "Bukannya masalah lain yang sama sekali tidak penting!" kata Ivan tersenyum sinis dan kembali membuka bukunya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun