Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ketika Suara Rakyat Tak Lagi Berarti: Demokrasi Tercoreng (BAB 2)

3 Maret 2024   20:29 Diperbarui: 3 Maret 2024   20:31 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
epaper.mediaindonesia.com

Bab 2: Sinar Harapan di Balik Kabut

Reno tersadar. Kepalanya berdenyut, pandangannya kabur. Ia terbaring di ranjang asing, tangannya terinfus. Di sampingnya, Wulan, adik sepupunya, tertidur pulas. Wajahnya pucat, air mata mengering di pipinya.

"Wulan?" panggil Reno pelan.

Wulan tersentak, matanya langsung berkaca-kaca. "Reno! Kamu bangun!"

Wulan memeluk Reno erat. "Bang Burhan di mana?"

Reno menggeleng lemah. "Aku tidak tahu. Mereka... mereka..." suaranya tersendak, teringat kejadian di kantor LSM.

Wulan mengusap air matanya. "Tadi malam kamu dibawa ke rumah sakit. Bang Burhan... polisi belum menemukannya."

Kemarahan dan kekhawatiran bercampur aduk dalam diri Reno. Ia tak bisa tinggal diam. Bang Burhan dan bukti kecurangan harus ditemukan.

"Wulan, aku harus ke kantor LSM. Kita cari Bang Burhan dan bukti itu!" desak Reno, berusaha bangkit.

"Tidak! Kamu belum pulih!" Wulan menahannya.

"Tapi... Bang Burhan..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun