"Pangeran benar. Tapi.." Ratu tersenyum sedih, "... sesungguhnya kesehatan Tuanku Yang Mulia tidaklah sebaik perkiraan semua orang."
"Maksud Ibunda Yang Mulia?" tanya Ivan.
Ratu mendesah sedih,
"Sebenarnya Tuanku Yang Mulia melarang ibunda untuk menyampaikan hal ini pada ananda. Beliau tidak ingin ananda menjadi khawatir. Namun ibunda sudah tidak sanggup lagi menyembunyikan tentang keadaan beliau pada ananda Pangeran. Ibunda berharap, jika ananda Pangeran mengetahui hal ini, maka ananda Pangeran bisa lebih bijaksana dan lebih siap dalam menghadapi semua kemungkinan"
Ivan mendengarkan dengan seksama. Sementara Ratu memberikan Ivan pandangan sedih,
"Pangeran, akhir-akhir ini Tuanku Yang Mulia sering sekali mengeluhkan rasa sakit di dadanya. Â Dokter istana yang merawat beliau juga mengkhawatirkan kondisi beliau. Mereka sudah meminta Yang Mulia untuk beristirahat" Ratu menggeleng sedih, "Namun Yang Mulia begitu keras kepala. Beliau mengatakan kalau beliau masih sanggup melaksanakan semua tugasnya."
Ivan tampak termangu,
"Kenapa Ayahanda Yang Mulia bisa begitu keras hati"
Ratu menatap Ivan dengan ekspresi sayang,
"Pangeran, itu semua karena Yang Mulia begitu menyayangi ananda. Beliau tidak ingin dalam usia semuda ini, ananda sudah dibebani dengan persoalan negara. Yang Mulia menginginkan ananda lebih lama lagi menikmati masa muda ananda. Oleh karena itu, rasa sakit seberat apapun akan beliau tahan demi ananda."
Ivan menundukan wajahnya dengan sedih,