Kemudian Syafri mencium tangan istrinya. "Kamu capek nggak?"
Widy tertawa. "Nggak, Kang Syafri mau apa nih?" godanya ketika wajah Syafri mendekat wajahnya.
Syafri tak menjawab. Widy hanya mengangguk.Â
Tanjung Priuk, Jakarta Minggu pagi, 19 Januari 1958
Angga, Utari, Syafri, Widy, Yoga, Rinitje dan Paramitha mengantarkan Hein dan keluarga di Pelabuhan Tanjung Priuk. Mereka naik bus carteran bersama keluarga Hein dan pulang ke Bandung sore itu juga dengan kereta api sore.
Mata mereka berkaca-kaca. Â Hein dan Willy melihat dari geladak kapal melambaikan tangan. Â Rinitje paling terpukul. Kalau saja tidak ada pemulangan orang Belanda mereka rencana menikah pertengahan Februari. Tetapi ada halangan lain, keluarga meminta dia minta pulang ke Manado. Hari itu mereka juga mengantar Rinitje ke bandara Kemayoran. Â Dia berangkat sendiri, keluarganya sudah di Manado.
"Sebentar lagi kami juga kehilangan kamu Rinitje," ucap Angga.
"Iya, mereka butuh aku di logistik."
"Siapa?"
"Veintje, Kawilarang?"
"Bukankah dia dulu pimpinan Siliwangi. Pernah ketemu aku dan Hein waktu nonton polo air."