Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gemini Syndrome, Berdansa di Kota Romantis (Tiga Puluh Tujuh)

12 September 2025   00:35 Diperbarui: 12 September 2025   00:35 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemulangan Orang Belanda_Foto: https://www.tempo.co/arsip/kisah-repartriasi-warga-indo-ke-belanda--839084

"Dia distrap oleh Abah tuuh! Tapi Bang Daus yang menyelamatkannya dengan mengajaknya makan martabak!"

Ruang keluarga sudah kosong hanya tinggal satu meja dengan gramophone dan piringan hitam.  Malam itu Geng Bandung Hebat merayakan dansa mereka yang terakhir bersama memutar semua lagu-lagu  yang pernah mengiringi mereka sejak Geng itu terbentuk pada 1955.

Widy berpasangan dengan Syafri, Angga dengan Utari, Yoga dengan Paramitha, Willy dengan Suzzane dari dana rock and roll Billy Halley and His Commets,  lagu Elvis Presley, lagu Twist hingga lagu dansa klasik.

Berapa orang Belanda sebaya Hein yang masih di Bandung dan teman-teman SMA Widy juga ikut hadir main terompet, trombone, hingga gitar.

Di luar Herlanda dan Daus menunggu takut reaksi orang-orang yang lagi anti Belanda kebablasan.  Tentu saja Kinan ikut dan sekali-sekali nyelenong masuk seenaknya mengambil Syafri dan Widy.

"Nggak apa Widy, dia seperti kamu dulu!" teriak Herlanda dia luar.

"Iya! Iya!" Widy pasrah.

Malam itu mereka semua  merayakan farewell party di Dago Thee Huis. Beberapa polisi berjaga. Namun Daus menyanggupi sendiri di areal bersama Kinan mojok berdua. Posisinya juga berjauhan.

"Dulu dia punya teman anak perempuan kecil, anak uleebalang, tetangganya seringa main dengan dia,  tetapi anak itu  hilang waktu perang Cumbok.  Sejak itu  dia kembali ke kampungnya di Sumatera Barat. Padahal dia banyak bantu waktu Fujiawara Kikan," jelas Syafri.

Widy menunjuk luger  di bangku sebelahnya yang ditutupi dengan kain. Mata Daus sekali-sekali melihat ke arah jalan maupun ke bukit.

"Mudah-mudahan kita bertemu lagi dengan keadaan lebih damai!" teriak keenam sahabat itu, diikuti oleh teman-temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun