"Sepertinya terinspirasi dari kamu waktu menggagalkan penculikan!"
Setelah sekitar satu jam mereka duduk di beranda menikmati minuman. Â Sementara Kinan masih asyik main tembak-tembakan dengan Daus yang mau saja melayani.
Namun Widy melotot, ketika Daus mengajarkan Kinan cara membidik  dan kemudian cara berkelahi dan Kinan sudah mahir. Rupanya dia sudah lama berguru.
"Pokoknya, kalau teman sekolahnya yang babak belur, Bang Daus tanggungjawab!" teriak Widy.
"Sudah ada Teteh, anak laki-laki yang pakai rautan kaca di sepatunya mau lihat rok Kinan, langsung aku injak dan dia pucat!" sahut Kinan dengan santai.
"Oh, bagus juga, ilmu dari Bang Daus!"
Daus hanya mengacungkan jempol.
"Keluargamu termasuk orang lama di Bandung?" tanya Syafri pada Hein.
"Ada yang dari 1780, keluarga Nash. Â Salah seorang pemilik sekolah kecantikan di Bandung dan banyak dari mereka menjadi dokter. Salah seorang bernama Nanan pernah ke luar negeri, tetapi selalu balik ke balik ke kota ini dan ingin dikubur di sini!"
Daus akhirnya mengajak Kinan jalan-jalan lalu pulang dengan sepedanya. Â Dia paham Widy dan Syafri tidak ingin anak itu mengacau.
"Padahal Kinan yang menyelamatkan kita," bisik Hein.