Mereka baru pulang menjelang tengah malam. Â Daus membawa mobil milik abah Widy. Kinan tertidur pulas di jok depan, sementara Syafri dan Widy di belakang.
"Terima kasih Bang Daus!" ucap Widy.
 "Omong-omong kasus temannya kakaknya Yen Yen bagaimana?"tanya Widy. "Yen Yen bungkam."
"Tiga pemuda Tionghoa itu di Tangkuban perahu ? Dibunuh kawannya sendiri orang keempat, perkara cinta lagi," celetuk Daus.
"Kok Abang tahu, Yudi saja nggak kasih tahu?"
"Kau tidak baca koran ya? Repot urusin si Van Ham itu!"
Widy sebetulnya ingin cerita soal Hardja, namun Syafri melarangnya.
"Sebetulnya ada masalah lebih serius soal orang Tionghoa ini di Bandung, daripada urusan cinta berakhir dengan pembunuhan, nanti kamu tahu sendiri Widy, Syafri," jelas Daus.
Baru di kamar, Sayafri bercerita. "Anjeun tahu kan, Daus itu simple. Ancaman untuk orang yang dianggap keluarganya sikat dulu, urusan hukum belakangan. Bagi dia buron nggak masalah."
"Iya sih, Hardja dari keluarga terpandang. Dia tega kasih info tentang kita pada gerombolan itu!"
"Itu baru dugaan, tetapi siapa lagi yang tahu. Mungkin dia memperingatkan aku agar tidak mengusik bisnis dia lagi?"