Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Pengubah dan Nyaris Menyerempet Simbolisme Ketidaksadaran

1 Oktober 2022   08:05 Diperbarui: 9 Oktober 2022   20:18 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : detik.com, 10/07/2021

Sekitar dua wujud sang pengubah, yaitu pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan media sosial. 

Pemerintah melalui regulasi sebagai basis kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat dengan segala tahapan perubahannya. 

Media sosial sebagai ruang baru atau ruang siber menggambarkan peristiwa mengenai jumlah pasien, sembuh,  meninggal, wilayah sebaran hingga dampak-dampak pandemi dan kebijakan.

Sekiranya pembuat kebijakan menutup kuping dan matanya, bisa saja kartu vaksin berlaku untuk jamaah di rumah ibadah.

Tidak khayal lagi, orang akan berharap-harap cemas. Mengapa demikian? 

Masyarakat tidak ingin lagi dibebani oleh sebuah mekanisme pengaturan secara individual yang ketat.

Suatu pengaturan yang ketat dengan titik permukaan tubuh yang ditandai. 

Pokoknya, mulut, hidung, tangan, dari ujung rambut hingga ujung kaki harus bebas dari penularan virus.

Ditambah lagi, ada rasa cemas bercampur-aduk dengan harapan menyertai kebijakan berupa pengaturan ketat dan pelonggaran bagi rumah ibadah.

Kita bisa bayangkan, ketika kebijakan pembatasan ruang pergerakan beribadah dibuat secara gegabah, maka akan melahirkan efek pemerosotan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Rumah Ibadah sebagai Simbolisme Ketidaksadaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun