Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Pengubah dan Nyaris Menyerempet Simbolisme Ketidaksadaran

1 Oktober 2022   08:05 Diperbarui: 9 Oktober 2022   20:18 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : detik.com, 10/07/2021

Akhirnya, kelanjutan PPKM dengan kebijakan pelonggaran level satu bisa seratus persen menjadi lebih leluasa melaksanakan kegiatan di rumah ibadah. (kompas.com, 22/03/2022)

Simbolisme Ketidaksadaran, Dilarang ini, Perlihatkan itu

Hari demi hari kita menunggu perubahan atas nama 'normal baru' dan pemulihan ekonomi nasional menuju fase endemik. 

Kita hanya mendengar dan membaca perkembangan berita melalui media sosial dan media lain yang memberitahukan bahwa perlahan-lahan irama kehidupan sehari-hari kembali dirahi sebagaimana pidato dan pernyataan pesohor negara.

Tidak ada tanda "tanya besar" dalam benak orang-orang, karena hal demikian merupakan harapan bersama untuk menjalani rangkaian kisah atau episode kehidupan berbangsa dan bernegara di tahun-tahun mendatang akan keluar dari krisis. 

Lebih baik wait and see sebelum terjadi di hadapan mata kita.

Hemat saya, sekali lagi, seandainya pengaturan kartu vaksin berlaku bagi para jamaah rumah ibadah seperti masjid dan rumah ibadah lain, kita mungkin bisa berimajinasi. 

Daripada kita dikenai bukti pelanggaran karena tidak bisa menunjukkan kartu vaksin, lebih baik kita urungkan niat dulu pergi ke masjid. 

Ataukah mungkin juga ada dasarnya jika kita memang malas atau jarang ke masjid?

Tempo hari, pelarangan diantaranya bentuk "kerumunan", ditengarai berasal dari jamaah masjid. 

Coba saja masjid memajang: "Dilarang berkerumun!" "Longgarkan safnya!" Terakhir, "Perlihatkan kartu vaksin Anda!" Bandingkan dengan kata-kata: "Lurus dan rapatkan safnya!" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun