Kita berada di zaman krisis, suatu era dimana ruang informasi bebas kita akses sesuai apa selera, minat, dan tujuan kita.Â
Kita mengetahui, era sekarang adalah era revolusi teknologi digital yang menimbulkan efek buruk atau baik.Â
Terhadap orang-orang yang patokannya kartu vaksin dipersilahkan belajar bersama dengan orang-orang tidak pernah mengalami sebelumnya.
Terbilang banyak arus informasi yang melimpah ruah dan berbagai jenis informasi tentang masjid dan bukti sah kepemilikan vaksin di tingkatan dalam negeri maupun dunia. Melalui buku elektronik dan internet, maka teks tertulis tidak ketinggalan untuk dilahap dengan berbagai jenis informasi kita unggah.
Tidak ada efek lain, kecuali melimpahnya arus informasi seiring dengan informasi tentang pentingnya vaksin bagi penduduk global. Misalnya, terkait keberadaan masjid dalam hubungannya dengan ruang ritual, kehidupan religius, dan sosial (Jasser Auda, 2007 : 75) disertai dengan ruang kerumunan yang tidak terelakkan dan ruang beribadah (Abdulkarim Soroush, 2009 : 182) dalam masjid.
Marilah kita memenuhi kartu vaksin sebagaimana pilihan kita untuk datang beribadah atau tidak di masjid!
Melalui googling, meskipun masih dibutuhkan, buat apa lagi kita membeli buku, sementara tersedia di internet.Â
Bukan hanya membaca teks tertulis di media sosial menyangkut kartu vaksin dalam titik perkembangan mutakhir mudah diperoleh. Tinggal cari link tulisan yang terkait dengannya.
Di era teknologi informasi semakin mudah mengaksesnya, tetapi bukan mustahil akan ada peristiwa kelahiran ironi.Â
Tidak bisa juga dipungkiri di tengah melimpah ruahnya arus informasi, bukan hanya orang malas ke masjid, tetapi orang juga malas membaca atau paling kurang minat baca masyarakat cenderung menurun.
Kita tidak mengetahui persis apa niat dan tujuan seseorang mencari informasi di era digital.Â