Demikian pula kelahiran era digital  sebagai tanda kemajuan menandai pengetahuan intuitif berasal dari tanda kehidupan masa lalu.
Terhadap informasi perkembangan baru tentang kebijakan kartu vaksin setiap saat bisa kita akses melalui internet.Â
Dalam era digital, orang bisa jadi akan mengalami misinterpretasi tanda.Â
Orang malas ke masjid atau rumah ibadah lainbisa saja tergiring dalam misinterpretasi tanda atau citra melebihi simbol.Â
Era digital tanpa simbol, kecuali tanda kelimpahan arus informasi. Suatu era tidak terkira jika kita hanya bisa terperangkap dalam simbol. Apa yang terjadi jika kita bergantung terhadap simbol?
Misalnya, penggunaan representasi simbolik secara kasar, liar, atau tidak terkontrol dari "antaragama" dan "antara negara dan rakyat" memungkinkan akan memicu konflik dan kekerasan.
Kita bisa percaya terhadap orang malas ke masjid, karena jelas pilihan dan tujuannya. Sama pentingnya antara pilihan seseorang terhadap masjid atau tidak dan kartu vaksin.Â
Kita tidak ingin terjebak pada taraf simbolik-formalis belaka. Orang malas lebih getol dalam satu sisi kehidupan yang tidak boros dan kemampuan merefleksikan dirinya di luar orang-orang tidak mengerti jalan pikirannya dalam kegilaan.
Bagi kaum formalis menganggap, bahwa beribadah di masjid secara fisik dan ruhani merupakan satu-satunya tanda kebajikan.Â
Suatu saat, kartu vaksin bukan bahasa universal karena ditelan oleh tanda zaman, dari zaman krisis ke zaman lain, yang lebih baru.Â
Suatu ritual perayaan sebagai tanda tidak berarti beribadah secara mutlak di rumah ibadah saja, tetapi juga kartu vaksin merupakan bagian dari momen tanda ritual perayaan yang terlupakan.