Mohon tunggu...
Anggie D. Widowati
Anggie D. Widowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Psikolog, Pegiat Literasi

Penulis Novel: Ibuku(Tidak)Gila, Laras, Langit Merah Jakarta | Psikolog | Mantan Wartawan Jawa Pos, | http://www.anggiedwidowati.com | @anggiedwidowati | Literasi Bintaro (Founder)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novelet | Aku Bukan Daus

17 Agustus 2020   05:27 Diperbarui: 28 Agustus 2020   06:12 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku selalu sembunyi dan sembunyi agar semakin banyak yang tak melihatku. Meringkuk di kelas dan membiarkan waktu mengalir. Aku senang bisa bersekolah, aku senang punya seragam, buku dan punya tempat duduk pasti di kelas. Aku punya hak atas itu. Tetapi aku lebih suka dalam kesendirianku.

Aku tidak suka ada orang yang melihatku. Biarkan-biarkan saja aku begitu. Aku tahu isi kelas itu 34 anak, tetapi tak satupun yang aku kenal. Aku tidak berminat untuk mengenal mereka.

Begitu pun para guru, mereka ada di depan kelas, mengajarkan ilmu mereka, tetapi aku tak perlu menjadi dekat dengan mereka. Cukuplah aku menjadi murid yang sedang mencari ilmu. Tidak ada niatan untuk dikenal mereka. Aku mau sekolah saja, tidak mau yang lainnya.

Kadang aku membayangkan meja dan bangku ku dipisahkan oleh tirai hingga tak ada yang bisa melihatku. Teman sebangkuku Romli, juga pendiam, aku tidak langsung percaya dia anak baik. Yang ada di kepalaku, semua orang pada akhirnya akan jahat.

Guru matematika, Bu Risti berbadan subur dengan rambut yang diikat ke balakang. usianya mungkin 40 tahun, dia terlihat tua karena pada sisi kanan dan kiri dari dahinya tumbuh banyak uban. Dia ramah dan pandai mengajarkan mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran yang paling aku sukai.

Dengan cekatan dia menuliskan rumus-rumus di papan tulis. Dan biasanya diakhiri dengan tanya jawab. Di buku catatanku, semua soal yang dia berikan sudah aku jawab dengan cepat dan aku yakin pasti benar, karena aku menguasai pelajaran yang menyenangkan itu.


Bahkan ketika terjadi dialog, aku menghitungnya ulang untuk memastikan hasil kerjaku benar. Beberapa kali anak-anak maju ke depan untuk mengerjakan soal di papan tulis.

Tetapi semua salah. Sampai suatu saat ada murid yang duduknya paling belakang menunjuk kepadaku.

"Daus bisa Bu," kata anak itu.

"Daus?" bu guru bertanya.

"Itu Bu yang mini, yang duduk di depan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun