Aku mendapatkan jadwal hari kamis. Otomatis hari rabu aku tidak perlu ke sekolah untuk latihan. Hari yang dinanti tiba. Semalaman aku sudah belajar, metode tali temali, menghapal sandi morse, menghapal simapor, dengan penuh semangat dan aku pelajari baik-baik.
Tentu saja aku tak mau mengecewakan Kak Risa. Dan tak mau nilai eskul di rapotku jelek. Karena melek sampai malam, pagi itu kepalaku pusing sekali. Ibu memberiku bodrek, karena aku bersikeras masuk sekolah.
Ya, aku harus masuk, karena nanti sore tes eskul pramuka. Hari ini tidak boleh dilewatkan. Aku berangkat sekolah dengan kepala yang berat. Aku sudah sarapan, karena ibu menyuruhku agar pusingnya segera hilang.
Ketika pelajaran, aku tidak bisa berkonsentrasi. Sudah dua jam tetapi rasa pusing itu belum juga hilang dari kepalaku. Saat istirahat aku sempatkan tidur di bangkuku. Lumayan, sedikit mengurangi.
Sorenya semua sudah berkumpul di lapangan. Sekarang bukan hanya pusing yang aku rasakan. Tubuhku panas dingin. Tetapi aku harus bertahan, karena hari ini hari tes.
Satu persatu tes dilakukan. Mulai yang tertulis sampai yang praktek. Aku masih menahan rasa kurang enak di badanku, tetapi sudah telanjur.
Aku tak berani bilang pada ketua regu, paling  aku akan diomel-omelin. Tibalah saatnya aku maju tes simapor. Aku sudah menyiapkan sepasang bendera berwarna kuning dan merah dan berdiri tegak di depan Kak Risa dan Kak Wawang sebagai penilai.
Kak Risa mulai memberikan pertanyaan yang harus aku jawab dengan sandi bendera itu. Astaga, semalam aku sudah hapal semua gerakan, kenapa sekarang hilang semua?
"Ulangi, jawab pertanyaan ini, siapa nama presiden Indonesia," katanya.
Aku menggibas-gibaskan bendera untuk menjawab pertanyaan itu.
"Salah."