"Sebutkan nama dan kelas," perintahnya.
"Adi Putra, tujuh A," jawabku.
Entah mengapa rasa takutku hilang.
"Anak baru ini namanya Adi Putra, dia boleh bergabung dengan regu merpati," katanya menunjuk kelompok barisan dengan bendera bergambar burung merpati.
"Baik kak."
"Lari! Pramuka tidak boleh lemes," tegasnya.
Aku pun berlari. Semua mata memandangku. Ada tawa cekikikan di barisan belakang. Tapi entah mengapa, sikap Kak Risa membuatku bersemangat. Bahkan dia selalu menyebut namaku: Adi Putra, nama kesayangan sekaligus kebanggaanku.
Hari pertama pramuka menimbulkan kekagumanku sendiri pada kak Risa. Bila memberikan aba-aba barisan, suaranya keras dan tegas. Bila ada yang salah, dia akan mengingatkan dengan kata-kata yang lembut. Aku suka kakak pembina yang satu ini. Benar-benar anugerah yang luar biasa bisa mengenalnya.
Romli benar, Kak Risa adalah kakak pembina idola. Semua anggota pramuka menyukainya. Bila kak Risa memulai kegiatan, dia akan berdiri ditengah lapangan dan meniup peluitnya panjang. Semua anggota berlari ke arahnya.
Hari pertama pramuka itu, hari yang paling membahagiakan selama hidupku. Jujur saja, Kak Risa kaulah matahariku.
(4)