Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hutan Keramat

22 Juni 2019   11:41 Diperbarui: 22 Juni 2019   11:55 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: idntimes.com


bisa kalian Ikat Rambut Karibo kalian tuh risih abah melihat kepala Sikamba yang mengerabang, dan meutupi bagian kening Sikomba
Sikomba pun mengikuti perintah Abah, karena juga risih dengan rambutnya sendiri. 


Akhirnya mereka sampai diladang dan Rande langsung mennghampiri Sikomba
kemana aja kalian berdua Tanya Rande dengan sinis
jemput air minum dan melemparkan botol ke Rande
jemput air seharian  Rande pun menyindir


Abah langsung memotong perdebatan, "sudah-sudah, sebentar lagi kita pulang, tapi sebelum kita pulang kita bakar tumpukan tersebut semuanya, biar 2 hari lagi bisa dicangkul "

Abah pun dengan tidak lelah langsung menghidupkan api unggun. Rande dan sikomba ikut membantu menghidupkan api unggun. 


Akhirnya kobaran api membara di setiap tumpukan. Api dengan cepat melahap semak belukar dan mejalar ke sekitar ladang. Tetapi dengan pengawasan yang baik, api tidak merambas kesekelilingnya. Setelah beberapa waktu Abah teringat dengan uang yang dia sembunyikan dibawah semak-semak. 

Setelah berusaha mencari, ekspresi gelisah telah tergambarkan dari wajah Abah yang biasanya terlihat garang. Rande pun mulai curiga dengan sikap Abah yang bolak balik .
" Bak a Bah? Tanya Rande dengan mendekati Abah


"Piti habis manjua Gambia tadi den bawo kamari, tuh den sembuyian di bawah semak ko, tapi ndak ado Nampak kini koh lai "

 langsung Rande kaget dan berusaha membantu Abah mencari uang tersebut

Roga dan rogipun ikut membantu untuk menemukan hasil jerih payah Abah dan Rande beberapa bulan terakhir hilang atau terbakar.


Setelah susah mencari Abah menemukan sisa baju yang sudah dilahap api , Padahal di Saku baju tersebut Abah menyimpan uangnya, Abah sedih dan tidak mengucapkan kata apapun, tapi Rande melihat linangan air mata, seorang orangtua yang tidak habis dipikir kejadian itu bisa terjadi.

 Padahal Abah dengan sadar menyimpan uang tersebut dari jarak yang jauh dari tumpukan semak api unggun. Selama ini kejadian ini belum pernah terjadi Abah cukup kecewa dan terpukul dengan nasib hari ini. jangankan lelah untuk bekerja membersihkan ladang terganti, namun seperti seseorang yang jatuh dan tertimpa tangga kedua kalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun