"Ini temannya yang dari Yogya ya Neng?" tanya Ibu setelah mendengar Romy menimpalinya.
   "Iya, Bu, kenalkan saya Romy," balasnya segera tanpa menunggu Khalisa memperkenalkannya. Dijabatnya tangan Ibu kos dengan kuat sambil tersenyum.    Ibu kos ikut tersenyum menerima jabatan tangan Romy.
   "Mau ke mana ini?" tanya Ibu kos selanjutnya sekedar berbasa-basi sebelum ikut duduk bergabung dengan keduanya di teras rumahnya.  Ada empat kursi di sana yang mengelilingi sebuah meja berbentuk lingkaran.
   "Mau jalan-jalan di sekitar Bogor, Bu. Mbak Lisa bisa jadi penunjuk jalannya nanti biar nggak nyasar," Romy yang menjawabnya.
   "Ikut yuk Bu!" ajak Khalisa yang segera mendapat balasan tatapan tajam dari Romy entah apa maksudnya.
  "Lain kali Neng, ini bukan hari Minggu. Gimana kalau anak-anak pulang sekolah nanti?"
   Khalisa tak bisa memaksa karena memang dia hanya ingin berbasa-basi. Wajah Romy pun segera berubah cerah lagi dengan menyurutkan tatapan tajamnya menjadi lembut lagi. Dua perempuan dewasa yang berada di dekatnya mungkin saja melewatkan perubahan-perubahan  di raut wajahnya yang demikian cepat. Melihatnya sebagai lelaki muda yang santun dalam sikap dan tutur kata.
   Mereka menandaskan bubur kacang hijau dalam waktu tak lama. Romy yang kemudian membayar dua mangkok burjo itu.  Penjual tak punya uang kembalian untuk dua puluh ribu yang diulurkan Khalisa.
  "Sudah siap berangkat sekarang Mbak?" Romy seperti sudah tak sabar untuk segera meninggalkan rumah kos Khalisa.
  "Tunggu sebentar!  Aku ambil tas dan pakai sepatu dulu!"
  "Nggak usah dandan lagi ya. Sudah cakep kok Mbak!"