Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Hati Perempuan (Bagian 8: Getar Cinta Lelaki Muda)

3 Maret 2020   11:01 Diperbarui: 3 Maret 2020   11:07 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Khalisa tak menanggapi gurauan Romy namun tak bisa membiarkan teman-teman mengoloknya di lantai atas. Semua sudah siap menumpahkan kalimat-kalimat yang menyudutkannya.

     "Lebih nyaman dengan berondong ya Bu ?" ledek Rinta tak memberi waktu untuk membela diri.

     "Brownies   berondong manis," Ica menambahi.

     "Ada apa sih kalian ini? Brownies atau Duren sama-sama enak kok tergantung selera penikmatnya aja," Dini menengahi.

     "Durennya mana? Pak Akbar? Iih nggak banget ," sambung Trinita sedikit mencibir.

     "Eh, sudah ya, jangan ngomongin brownies atau duren. Aku nggak suka makan duren. Makan brownies juga nggak bisa banyak-banyak.  Aku pergi dulu ya. Nanti pulangnya tak bawain talas atau wajit aja," kalimat Khalisa  meluncur bagai meteor yang berjatuhan menghentikan semua ocehan teman-teman sekosnya.


       Romy menatapnya sesaat sebelum mengikuti Khalisa berpamitan kepada Ibu kos lalu melangkah pelan meninggalkan halaman. Di atas sana beberapa pasang mata tak juga melepaskan pandangannya dari sepasang makhluk lain jenis beda usia. Entah apa yang masih terus memenuhi pikiran mereka. Khalisa yang tak biasa atau Khalisa yang tak peduli pada usianya.

      Rupanya teman-teman Romy lebih bisa bertoleransi kepadanya. Melihat Khalisa sebagai bagian dari kelompoknya. Mengabaikan perbedaan usia maupun status yang disandangnya. Perjumpaan pertama mereka telah mampu mengakrabkan satu sama lain. Satu per satu Khalisa mencoba mengingat nama mereka. Tito, Irwan, Dani dan Edwin adalah teman seperjalanan Romy yang usianya di bawah dua puluh lima.  Masih ada tiga gadis yang mereka jemput dalam perjalanan menuju Puncak. Mereka  pulang pergi ke Jakarta naik kereta api kemudian berjanji bertemu teman-teman lelakinya di Bogor untuk merencanakan liburan bersama. Nadia, Irma dan Dinda adalah tiga gadis manis yang dikenalkan kepada Khalisa.

       Tujuan mereka adalah ke Puncak. Khalisa memang akhirnya menjadi penunjuk jalan  Duduk  di samping Romy yang menyetir  mobil. Sementara yang lain duduk di barisan belakang sambil tak henti  mengobrol dan bercanda. Lagu-lagu yang mengalun dari tape recorder menjadi kalah suara meskipun masih tetap bisa ditangkap telinga. Khalisa mengenali lagu-lagu Bruno Mars yang berselang-seling dengan lantunan lembutnya suara Adele.

       "Kita ke Taman Safari dulu?" tegas Khalisa meminta persetujuan yang lain.

       "Iya, Mbak, kita nurut aja mau dibawa ke mana," sahut Dani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun