"Untuk apa?"
   Dion tak segera menjawab. Sepasang matanya menyiratkan rasa bersalah yang dalam. Berulangkali dia mencoba menyembunyikannya namun tak berhasil. Terdorong oleh rasa iba yang entah muncul dari mana, Khalisa bersedia mengikuti Dion ke sebuah rumah makan di dekat kampusnya. Tempat yang agak tersembunyi dan tak begitu ramai. Saat itu Khalisa kembali mencuri pandang ke jari manis Dion tetapi tak ada lagi cincin yang melingkarinya.
   "Kamu sudah menikah?" suara Khalisa tertelan angin yang menderu di sekitar mereka.
    Tak ada jawaban yang terdengar setelah pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Dion membisu beberapa lama sampai akhirnya Khalisa tak ingin mendengar apapun yang diucapkannya.
   "Kamu lupa janjimu," Khalisa mengingatkan.
   "Janji apa?"
   "Tak lagi menemuiku."
   "Aku tak bisa," keluhnya.
    "Kamu sudah menikah," gumam Khalisa.
    "Menikah merupakan keputusan yang harus diambil meskipun bukan kemauan kita sendiri," dalihnya.
    "Sudahlah, aku bisa mengerti," potong Khalisa.