"Sama-sama, Mbak," ditatapnya beberapa saat wajah Khalisa yang tersipu dalam limpahan cahaya redup lampu taman. "Aku pulang dulu ya. Sampai ketemu di Yogya."
    Beberapa pasang mata ternyata mengawasi dari lantai atas. Menyambut dengan berondongan pertanyaan yang tak pernah terpuaskan oleh jawabannya. Mereka mengira Khalisa hanya berdua menghabiskan sepanjang hari bersama Romy. Meski berulangkali dijelaskan tetap saja sulit percaya. Begitu oleh-oleh dibagikan serempak mereka terdiam karena sibuk makan.
    Proposal tesis Khalisa baru saja mendapat tanda tangan dari kedua dosen pembimbingnya. Sementara kampusnya memanggilnya pulang sementara untuk membantu mengajar selama semester pendek. Mengingat honor mengajarnya lebih besar  dibandingkan semester regular, dia bersedia memenuhi  permintaan itu. Sekalian dia bisa menjaga dan menemani Gea sebulan penuh.
    Sesuai janjinya  dulu, dia pun mengabari Romy tentang kepulangannya kali ini. Bahkan Romy menawarkan diri untuk menjemputnya di stasiun Tugu. Biasanya Khalisa naik travel karena lebih praktis. Dia bisa dijemput di kos lalu diantar sampai ke rumah. Sayangnya kali ini dia mampir  ke Bandung dulu sebelum pulang ke Yogya. Mencari beberapa referensi yang dibutuhkan untuk menulis tesisnya nanti.  Ketika menulis proposal dia hanya meminjam buku-buku dari perpustakaan sebagai referensi. Kini dia merasa perlu memiliki buku-buku yang menjadi referensinya agar tak dibatasi oleh waktu peminjaman buku yang sangat pendek.
    Kereta api yang bisa membawanya pulang ke Yogya adalah kereta api jurusan Surabaya. Sampai di stasiun Tugu sekitar jam tiga dini hari. Karena itu Khalisa tak berani memejamkan mata sedetik pun. Khawatir tertidur dan terbangun di Surabaya. Masalah lain yang muncul adalah bagaimana dia akan pulang ke rumah. Naik taksi sendiri saat dini hari seperti itu belum pernah dialami. Untungnya Romy  bersedia menjemputnya.
    Begitu kereta memasuki kota Yogya, rasanya Khalisa sudah tak sabar lagi ingin segera turun. Telpon Romy beberapa kali membuatnya tetap terjaga sepanjang perjalanan. Namun setelah jam sepuluh lewat Romy pun perlu waktu untuk tidur  agar bisa bangun untuk menjemput Khalisa pada dini hari. Sedikit khawatir ketika menjelang dini hari Romy agak sulit dihubungi.
    Jam tiga lewat lima menit kereta api sudah memasuki stasiun Tugu. Khalisa sudah tak sabar untuk menjejakkan kaki di kotanya sendiri. Mengemasi bawaannya disiapkan begitu kereta api memasuki kota Yogya. Setelah itu dia mencoba menelpon Romy  yang sudah berjanji menjemputnya. Romy telah menunggunya di stasiun lebih dari setengah jam.
   "Makasih sudah mau menunggu dan menjemputku," ucapnya tulus.
   "Aku senang melakukannya untukmu, Mbak," jawab Romy.
   Keduanya berpandangan sejurus lamanya. Tanpa diduga Romy memeluknya. Rindu itu tak terbendung lagi ingin ditumpahkan hingga tuntas. Khalisa membalas dengan pelukan yang sama kuatnya seperti yang dilakukan Romy.Â
   "Bawaanmu mana saja Mbak?" Romy mengecek barang-barang yang dibawa Khalisa sebelum memasukkan ke bagasi mobilnya.