Mamaku beradu mulut dengan mamanya, sampai kepala sekolah yang berusaha menenangkan malah kena damprat keduanya.
Aku rasa, kalau saja papaku waktu itu tidak menyusul, bakal terjadi pertempuran yang lebih brutal dan berdarah-darah antara kedua mama yang sedang emosi dan saling menyalahkan.
Aku ingat waktu itu papa - dengan lengan baju kantor digulung sampai siku - masuk ruangan dengan santai. Papa menganggukan kepala ke arah kepala sekolah, mengedipkan mata kearahku lalu membisikkan sesuatu di telinga mama.
Tiba-tiba saja mama diam. Buru-buru menyeretku keluar ruangan sembari  berpamitan singkat dengan kepala sekolah.
Kejadiannya begitu cepat. Aku tidak sempat memperhatikan reaksi dia, mamanya maupun reaksi kepala sekolah.
Kami bertiga masuk mobil dan mama mendadak menjerit histeris lalu tersedu-sedu. Jantungku serasa mau lepas mendengarnya. Aku diterjang rasa bersalah karena sudah membuat mama begitu sedih sampai menjerit dan  menangis.
Tapi ternyata bukan itu masalahnya.
Hari ini hari ulang tahun pernikahan papa mama. Papa memberikan kejutan untuk mama. Di dalam mobil sudah ada kotak yang terbungkus kertas kado cantik  berisi tas baru yang selama ini diinginkan mama.
Mama histeris dan menangis haru, karena baru kali ini papa ingat hari ulang tahun pernikahan mereka tanpa harus diingatkan, dan untuk pertama kalinya papa memberi kejutan setelah sembilan tahun pernikahan mereka.
Mereka berpelukan bahagia, dan masalahku di sekolah tadi sama sekali dilupakan. Tidak lagi dibahas.
Aku terluka.