Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Matahari Pertama

5 Agustus 2025   08:09 Diperbarui: 3 Agustus 2025   17:12 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerpen: Matahari Pertama (Sumber: Canva)

Dari kejauhan, suara air mulai terdengar. Lembut. Mengalir. Bergumam. Seperti suara ibu saat meninabobokkan adiknya yang dulu pernah ada.

Uqail tahu, sungai kecil sudah dekat.

Ia berhenti sejenak di bibir aliran. Airnya bening, tapi tak ramah. Batu-batunya licin, dan arusnya kadang usil. Tapi bukan berarti tak bisa dilewati.

Uqail melepas sepatunya. Ia gantungkan di leher, talinya sudah ditalikan malam tadi. Ia gulung celana hingga ke lutut, menapaki batu demi batu.

Dingin. Menusuk seperti kata-kata yang tak pernah sempat disampaikan. Tapi ia diam. Tidak meringis. Tidak menggigil.

Air sampai ke betis. Arus mencium kulit. Dan kabut seperti menunduk memberi jalan.

Sesekali batu menggeser. Keseimbangan hilang sebentar, tapi Uqail cepat menangkap dirinya sendiri.

Ia tahu. Kalau jatuh, bukan hanya badan yang basah, tapi buku di tas bisa rusak. Dan kalau buku rusak, apa yang akan ia tunjukkan pada masa depan nanti?

Sampai di seberang, ia duduk sebentar di batu besar. Mengelap kaki. Memeras ujung celana. Dan mengenakan kembali sepatu yang tak pernah mengeluh.

Langit mulai bersuara. Burung kecil mulai mencoba not pertamanya. Embun yang tadi menggantung mulai pecah oleh gerak angin.

Senter dimatikan. Cahaya alami mulai menang. Uqail menyimpan benda kecil itu di saku—temannya di pagi-pagi gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun