Sebuah kotak warisan membuka bukan hanya pusaka leluhur, melainkan lubang lama dalam kepala Sekar—tempat trauma dan ingatan yang sengaja ia kubur.
Dalam kabut yang menelan tiga bukit, seorang pendaki terombang-ambing antara bisikan, jeritan, dan tawa—hingga kenyataan pahit terungkap.
Senja di dapur joglo membawa bara api yang muncul dari tubuh manusia, meninggalkan sunyi yang membekap dan ketakutan yang tak terucapkan.
Di balik hutan berkabut, Uqail menemukan bahwa cahaya paling terang bukan berasal dari matahari, tapi dari tekad yang tumbuh dalam dirinya sendiri.
Luna membuka toko yang menjual ingatan, tapi tak satu pun dari kita siap saat ingatan mulai menjual kembali luka-luka yang belum sembuh.
Di bawah atap Lobo yang tak pernah berbohong, satu cinta lama membuka luka, dan kampung Pipikoro pun dipaksa memilih antara adat atau ampunan.
Saat niat baik menolong sesama berujung pada mimpi yang tak bisa dibedakan dari kenyataan, ia sadar, tidak semua jalan pulang selalu menuju rumah.
Saat cinta harus memilih jalan pulang yang tak lagi ditunggu, Ayu sadar, tak semua maaf bisa datang sebelum kehilangan.
Seekor anjing tua menunggu di depan rumah kosong, hingga rasa lapar tak lagi soal perut—melainkan kenangan yang akhirnya membuatnya kenyang.
Ketika bau busuk dari sumur tua menguak rahasia yang terkubur, seorang istri dihadapkan pada kengerian paling sunyi.
Ketika gulai, grafik, dan statin saling berebut perhatian, Uwak Rosi justru menemukan bahwa berdamai dengan kolesterol
Ketika langit dipenuhi ambisi jahat Ketua Dewa yang lebih sibuk meneken amplop daripada mendengar rakyat, revolusi pun menggema dari balik awan
Ketika kehormatan dipertaruhkan dan cinta ternoda dusta, "Carok" menjadi kisah tentang amarah, pengkhianatan, dan harga diri yang menuntut darah
Ketika cinta harus menunggu di ambang adat, Panaik menjadi harga yang tak sekadar rupiah, tapi pertaruhan hati dan harga diri.
Ketika bayangan dalam cermin mulai bergerak, ia harus menghadapi kebenaran paling menakutkan: dirinya bukanlah satu-satunya yang hidup dalam tubuh itu
Dalam keheningan yang menyesakkan, seorang ibu memeluk dunia kecilnya yang rapuh sambil perlahan melepaskan yang tak sanggup lagi bertahan.
Dentang jam lantai tak lagi sekadar penanda waktu—ia menjadi gema doa, pelipur rindu, dan bisikan pulang yang tak terucap
Ketika gelar tak mampu membuka pintu rezeki, seorang sarjana menemukan suara hidupnya dalam denting bambu yang nyaris dilupakan.
Ketika tuduhan melukai lebih dalam dari luka, seorang anak duduk menanti senja—bukan untuk jawaban, tapi untuk keadilan yang tak kunjung datang
Di balik gerobak bakso dan langkah yang tak banyak suara, tersembunyi keberanian seorang suami yang menjalani vasektomi