Mereka tidak bicara.
Ayu naik. Tangan kirinya memegang pinggang Rizal.
Tangan kanannya menggenggam udara.
Malam mengantar mereka pergi, pelan-pelan.
Tak ada yang berlari. Tak ada yang mengejar.
Tapi juga tak ada yang memberi restu.
Paginya, keluarga Ayu bangun seperti biasa.
Ibunya menyapu halaman.
Ayahnya menyalakan radio butut yang sudah sering salah frekuensi.
Baru menjelang siang, Nyoman, kakak Ayu, masuk ke kamar adiknya dan menemukan kasur kosong.
Tak ada catatan. Tak ada salam.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!