Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dyah Ayu Sekar Arum

13 November 2018   18:55 Diperbarui: 13 November 2018   19:22 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kepoan.com

Tiba-tiba beliau berhenti, tertunduk, kulihat matanya berkedip-kedip, tampak berkaca-kaca, dan menarik nafas panjang.

Aku perhatikan beliau, agak debar juga dalam hati ini.

Keadaan menjadi hening, hanya detak jam besar itu yang terdengar, ada dentangnya yang kedengaran sampai bergetar, aku agak terkesiap, Kennis juga terdiam.

"Arum sekarang sudah tidak seperti dulu lagi, dia sudah berbeda,... " beliau berkata lirih, memandangku bergantian dengan Kennis.

"Mestinya kalian sudah mendengar tentang keadaan Arum, dia sudah beda,... " kulihat bu Probo agak tersendat mengucapkan kata-kata itu, aku dan Kennis saling lirik, dihapuskan genangan air mata dipelupuk mata beliau.

Beliau minum teh hangat dimeja dan seolah merapikan duduknya


"Kami tidak mengerti kabar Arum bu, setelah tamat SMA kita kuliah dikota lain. Apalagi sesudah kerja dan menikah, kita semua berpisah  Repot urusan keluarga masing... "

Beliau mengangguk, mengelap mukanya, tunduk sebentar, menarik nafas panjang lagi, kemudian dipandangnya aku dan Kennis.

"Seluruh keluarga pasti sudah mendengar kabar sus-sus kita, kematian Bagus Permadi kakaknya Arum, kematian Lastri dan kebakaran rumah kita,... " beliau memandang Kennis yang tertunduk,  kemudian memandangku, akupun memandang beliau dengan kerutan dialisku, tatapan penuh tanda tanya, kurang mengerti.

"Waktu itu keluarga kita baik-baik saja, kita masih sering bertemu antar keluarga besar. Pak Probo juga lumayan maju pesat usahanya,... " beliau berhenti.

"Karena urusannya makin banyak, beliau membutuhkan sekretaris tambahan, dan Lastri masuk dalam keluarga kita,... " beliau memandang kosong pada meja, termenung sejenak, aku melirik Kennis yang terus serius memandang pada bu Probo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun